Ini sudah hari kedua mereka berada di Lombok, menginap di sebuah hotel berbintang lima dengan panorama pantai serta warna laut yang indah, Lombok memang selalu menjadi tempat untuk mencari kenangan, bukan hanya keindahan nya saja namun suasana dan kehidupan masyarakat nya yang memang bersahabat.
Davin hanya memandang siurnya pantai dengam mata telanjang, menikmati keindahan alam yang sudah terpampang di depan matanya, hasil ciptaan sang maha kuasa, ini memang bukan kali pertama, kedua atau ketiga kalinya, ini sudah ke puluhan kali Davin menginjakan kaki di Lombok, bukan hanya untuk liburan saja, namun dalam urusan bisnis ia juga suka mengikut campur tangani Ayah serta kakaknya.
Semilir siulan agin yang bertiup tiup indah menemani sore hari, ia duduk dipinggiran pantai, sebentar lagi akan ada senja, ia menunggu itu, menunggu senja yang akan menenangkan fikiran nya, entah sejak ia bertemu Deandra tiba tiba ia suka dengan senja, oh ya gadis itu, sedang apa ia? Kalau saja ia ada disamping, mereka akan menikmati senja dipinggir pantai nan indah berdua, andai saja.
Langit memang tak bisa bicara,
Namun langit senang berekspresi
Langit juga tidak bisa jadi peneduh
Namun ia adalah atap terluas
Seperti hal nya,
ketika ia mengekspresikan senja
Senja adalah salah satu ekspresi yang sangat singkat langit tunjukan
Namun, ada banyak orang yang menyukainya
Kamu tau? Kamu bagian dari langit ku
Kamu senang berekspresi
Namun aku paling suka ketika kamu senyum
Walau itu hanya sekilas namun itu sudah cukup membuat ku tergila gila.Deandra Renya, nama sederhana yang mampu merubah hidupnya, memperbaiki pandagan nya terhadap wanita, wanita yang mampu membuatnya merasa jatuh cinta sejatuh jatuhnya, namun? Sekarang ia benar benar takut, takut kalau mungkin saja ia akan kehilangan wanita itu , entah apa itu penyebabnya, fikiran nya kalut, selalu kepada pihak negatif ketika ia mulai jauh dari wanita itu, ia takut ada yang merebut wanita itu dari nya, ia juga takut kalau ia akan memberikan harapan yang penuh namun kenyataan nya tidak bisa ia penuhi.
Yang akan ia lakukan saat ini adalah melakukan hal sebaik mungkin, mengapa bukan Deandra saja yang ia jaga? Mengapa harus Novia, wanita lain, wanita yang dulu sempat tergila gila padanya, wanita yang selalu bertindak nekat jika menginginkan sesuatu, sulit untuk lepas dari gadis itu rasanya.
"Dav ikut aku" terdengar kalimat ajakan yang terucap dari seorang wanita secara tiba tiba, siapa? Bukankah sedari tadi ia hanya sendiri?
Davin menoleh refleks, lalu menatap dengan bingung, ternyata Novia, ada apa dengan gadis itu? Tidak bisakah ia bersantai menikmati senja terlebih dahulu?
"Ayo ikut aku Dav" Novia menarik lengan Davin agar laki laki itu berdiri dan mengikutinya.
Davin hanyalah seeekor kerbau yang dicucuk hidungnya, mengikuti setiap perintah Novia, saat ini harga diri Davin merasa jatuh karna wanita itu, sebelumnya mana pernah ada wanita yang berani menyuruh Davin mengikuti semua keinginan nya, Davin yang selalu mengendalikan wanita, bukan ia yang dikendalikan oleh siapapun, bahkan hanya sekedar wanita saja.
---------
Ternyata, kemana Novia membawanya pergi? Kesebuah tempat disebuah pinggiran pantai yang sudah di dekorasi sedemikian rupa dengan lampion lampion, ada banyak bunga disana, ada sebuah meja dan 2 kursi dimaja diatas meja itu sudah disiapkan banyak makanan, sepertinya akan ada makan malam yang romantis disana.
Dan yang paling menjadi menonjol adalah ada seorang pria mengenakan setelan jas rapi bersama seorang wanita dengan sebuah dress pantai yang tengah ditutup matanya.
Mereka berdiri sejajar sebelum laki laki itu melepaskan ikatan matanya, setelah mata itu dibuka, sang wanita nampak kaget melihat sekitar, wanita itu kebingungan, laki laki itu mengambil 2 cup coffe lalu memberikan nya satu kepada sang wanita.
Sang wanita menerima cup itu tanpa curiga sedikitpun, namun mengapa wanita itu menggoyang goyangkan cup coffe itu? Wajah wanita itu nampak bertanya tanya. Sang laki laki meraih cup coffe milik wanita lalu dibukanya, dan tanpa disangka didalam cup itu berisi sebuah kotak cincin berwarna merah beludru?
"Aku tau ini terlalu cepat, tapi aku udah bener bener yakin kalo kamu yang tepat buat aku, aku udah gak mau main main soal hubungan"
Laki laki itu jongkok, dengan menahan satu kaki nya didepan, sang wanita tampak terpengagah tak mengerti apa yang dilakukan oleh sang laki laki.
"Kamu mau jadi tunangan aku?"
Apa? Arga melamar Erina? Mereka akan tunangan? Bukan kah itu terlalu cepat? Memangnya sejak kapan mereka berpacaran? Atau memang Novia yang tidak tau semuanya?
Novia membungkam mulutnya, tidak percaya atas apa yang Arga lakukan, ternyata jauh jauh Arga kesini hanya untuk melamar wanita itu? Sungguh? Arga sudah gila!
"Plisss jangan diterima pliss gue mohon" gumam Novia, tubuh nya bergetar, kakinya sudah lemas untuk menompang tubuhnya, ini bencana baginya.
Dengan gerakan yang pelan, Erina mengangguk, selanjutnya wanita itu mengangguk dengan mantap.
Sial! Erina menerimanya, ini benar benar bencana, Novia menjatuhnya tubuhnya, ia menangis meraung raung, pemandangam itu sungguh mengiris hatinya, tidak akan ia biarkan semua itu, Erina harus merasakan akibatnya, hal yang paling menyakitkan adalah ini, harusnya ia yang Arga lamar bukan wanita itu, ia lah yang pantas menjadi tunangan nya bukan wanita itu, wanita itu tak ada apa apanya dibanding dirinya.
Arga sudah memasukan cincin itu kejari Erina, kemudian tangan itu dikecupnya dengan halus. Arga kembali berdiri sejajar dengan Erina.
"Minggu depan kita tunangan, orang tua aku udah minta persetujuan sebelumnya sama orang tua kamu sebenarnya waktu itu ketika kamu gak ada, karna aku mau bikin kejutan buat kamu di hari ulang tahun kamu, mereka setuju, dan selesai kamu wisuda kita akan menikah"
Ya memang sebuah kejutan yang amat terduga bagi Erina, ternyata ini sudah dipersiapkan tanpa sepengetahuan nya, 1 setengah tahun lagi mereka akan menikah .
Dan tiba tiba ada suara tepuk tangan dari belakang Erina, Arga tersenyum, siapa? Arga menyuruh Erina untuk menoleh, dan ternyata itu orang tua mereka, orang tua Arga dan orang tua Erina. Ini bukan mimpi kah?
》》》
Novia berdiri dipinggiran pantai dengan tatapan kosong, malam ini, pukul 00:01 am. Gadis itu masih setia berdiri sendirian selama kurang lebih 4 jam, tak ada perubahan posisi sama sekali, gadis itu masih setia menangis dalam diam, entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh begitu saja, harapan nya sirna, laki laki yang ia cintai sudah bersama wanita lain, ia harus apa? Tak ada lagi semangat untuk hidup, ia sudah memutuskan, ia berfikir bahwa bunuh diri saja mungkin, menenggelamkan tubuhnya ditengah laut berombak besar malam ini, jika tak lagi bisa memiliki, untuk apa bertahan? Hanya pedih yang akan dirasa, hanya sebagai penonton yang tak memiliki arti apa apa.
"Lebih baik kita kembali ke hotel" Davin datang lalu berbicara dengan suara yang halus.
Novia tetap terdiam, mengacuhkan Davin tanpa peduli ada pria itu sekarang.
"Mau sampai disini terus, kamu bakal masuk angin nanti, ayo ke hotel"
"Buat apa? Toh sebentar lagi aku bakal ngakhirin hidup aku disini"
"gausah ngaco!" Bentak Davin sedikit.
Novia memandang Davin dengan nanar, tatapan Novia sedang tidak main main kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra dan Waktu
General Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kita mengagumi seorang Laki laki dingin yang selalu berbuat sesuka hatinya? Itu yang Deandra rasakan ketika ia mulai mengagumi seorang putra billionaire berotak cerdas, bukan idola kampus namun tak sedikit wanita yang akan...