"Plis jangan tinggalin gue ya Dav, gue gak tau lagi harus percaya sama siapa lagi, semua ninggalin gue, bahkan Seko pun ngejauhin gue"
Gadis itu tertunduk, tubuhnya bersandar pada headboard pada bagian bed yang sedang ia duduki, wajah nya pucat, mungkin akibat terlalu banyak minum semalam dan kondisi tubuh yang tidak kuat menerima banyak asupan alkohol secara berturut turut.
Davin duduk di sisi tempat tidur, duduk berhadapan dengan gadis itu .
"Seko kenapa jauhin lo, setau gue Seko bukan tipe orang yang jahat, apalagi sama temen deketnya"
Gadis itu menggeleng, hanya menggeleng, belum saat nya ia menceritakan semua nya pada Davin, ia masih tak ingin siapa pun tau tentang masalah yang sedang ia hadapi.
"Gue gak mau kehilangan lo Dav, Gue sayang lo" kemudian gadis itu menarik nafasnya dengan lemah, Davin hanya terdiam mendapatkan kalimat seperti itu, kemudian gadis itu menatap nya lekat lekat dengan sejuta harapan pada dirinya, Davin hanya bisa berusaha tersenyum di hadapan gadis yang sedang putus asa itu.
Lalu, Gadis itu memeluk Davin dengan tiba tiba, memeluk laki laki itu dengan erat, takut kehilangan, takut ditinggalkan, dan takut Davin tak ada untuk nya lagi, sejauh ini hanya Davin yang setia menemaninya, menjadi tempat dikala ia sedang sedih, tempat berlindung, bahkan Davin selalu ada untuknya kapan pun itu. Davin tak tau harus melakukan apa, bingung dan bimbang, ia tak tau apa yang harus ia lakukan untuk kedepan nya, ia berada di antara dua jurang, jurang kehancuran dan jurang kehilangan. Ada 2 wanita yang mengelilingi nya, wanita yang ia sangat sayangi dan wanita yang tak bisa ia kecewakan, mereka sama sama tak bisa ditinggalkan.
"Gue bakal ngelakuin apa aja kalo lo ninggalin gue" ucap Gadis itu dengan suara lemah, Davin membalas pelukan wanita itu, ia tau apa yang sedang dirasakan oleh gadis dalam pelukan nya.
"Sorry ganggu, gue cuma mau nganter bubur, gak gue racunin kok, dimakan mumpung masih anget"
Tiba tiba ada suara wanita lain yang mengangetkan Davin, namun tidak pada Novia, Novia sudah tau kedatangan Deandra karna posisi nya menghadap ke pintu, namun sengaja ia makin mempererat pelukan nya pada Davin.
Davin sontak melepas pelukan Novia, berlagak gugup dan salah tingkah.
"Eh De"
"Thanks bubur nya, lo baik ya" ucap Novia dengan berlagak sok manis.
Deandra hanya tersenyum kecut.
"Gue ada mata kuliah 1 jam lagi, gue harus buru buru ke kampus" ucap Deandra.
"Loh Dav, kamu berarti ngampus juga dong? Kok gak siap siap?"
"Eh iya..." belum Davin menyelesaikan kalimat gugup nya namun segera Deandra potong.
"Davin mungkin mau nemenin lo kayanya disini sampe lo pulih, gak mungkin lo sendirian kan, Davin udah biasa bolos kok, iya kan sayang?"
Sungguh kata kata dan nada bicara Deandra sangat terdengar menyebalkan kali ini, membuatnya sulit untuk mengelak atau membenarkan ucapan nya. Ia hanya takut salah berbuat dihadapan kedua wanita musibah nya.
"Kamu mau kan nemenin Novia disini sayang? Aku berangkat ya"
Nada suara Deandra terdengar sangat halus telinga Davin, namun ucapan itu bukan terdengar manis namun sangat tajam dan nyelekit, seperti sebuah ancaman secara halus.
'Cup'
Sangat tak diduga, Deandra mengecup bibir Davin untuk 'pertama' kalinya, bahkan dihadapan Novia, sengaja, Deandra sengaja melakukan nya dihadapan wanita itu, wanita yang sudah berani berbuat kurang ajar bersama Davin dihadapan matanya berkali kali, biarlah kali ini ia yang melakukan hal itu, semacam perlakuan balas dendamnya. Davin tercengang, kaget, sebelumnya Deandra adalah wanita yang selalu menghindari hal seperti itu, namun untuk saat ini? Wanita itu berubah menjadi wanita yang agresif. Novia membuang wajah dengan senyum sinis nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra dan Waktu
General Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kita mengagumi seorang Laki laki dingin yang selalu berbuat sesuka hatinya? Itu yang Deandra rasakan ketika ia mulai mengagumi seorang putra billionaire berotak cerdas, bukan idola kampus namun tak sedikit wanita yang akan...