Tiga-puluh

1K 38 3
                                    

"Lima juta, beres kan?" Laki laki itu melempar pelan sebuah amplop coklat yang isinya tumpukan uang lembaran merah. Kedua lengan nya dengan nyaman ia masukan lagi kedalam saku kanan kiri celana denim yang ia kenakan, berdiri bersandar pada sebuah meja yang tepat berada dibelakang nya.

Wanita yang usia nya lebih tua darinya kemudian tersenyum malas, memutar mutar pelan kursi yang sedang ia duduki dengan ritme yang malas.

"Ya ya ya, jika berurusan dengan keluarga anda sudah pasti berurusan dengan uang, ini menyangkut karir dan kehidupan seseorang, itu sama saja anda menghancurkan hidup seseorang,bukan begitu tuan Adiwijaya Junior?"

Laki laki itu tersenyum penuh ledekan, ia masih bersikap angkuh dan dingin, memangnya orang seperti apa yang tidak tertarik dengan tumpukan uang?

"10 juta untuk anda, lakukan hari ini juga" Laki laki itu memberikan tawaran, tak mengidahkan sama sekali ucapan wanita itu dengan cuek.

"10 juta adalah dua kali lipat dari hutang yang ia miliki, anda memiliki untung yang cukup besar nyonya" lanjut laki laki itu lagi tak menyerah.

"Tuan Davin, uang anda tidak akan mengalahkan rasa sayang dan rasa nyaman saya terhadap Deandra" Wanita itu berbicara serius kepada Davin yang masih dengan gaya tengil nya.

"Mempertahankan nya ditempat ini, itu sama saja merusak nya, apakah dengan cara seperti itu anda menunjukan rasa simpati dan sayang anda terhadap Deandra nyonya Alexa?" Davin mengembalikan ucapan Alexa, tak ada tingkah yang sedikit sopan kini yang Davin sedang tunjukan kepada Alexa.

"Saya tambah lagi 10 juta itu menjadi 20 juta, ini bukan penawaran melainkan penebusan, Deandra milik saya sekarang, lakukan apa yang harus anda lakukan , atau Alexis akan bobrok dalam waktu dekat" sekali lagi Davin mengeluarkan secarik kertas lalu menuliskan sejumlah nominal yang cukup besar, 20 juta, kini angka yang tertera pada selembar cek dan sudah ditanda tangani nya.

"Tuan Davin yang terhormat, anda masih sangat muda untuk berlaku licik layaknya seorang anak pemilik salah satu perusahaan kontruksi besar" Alexa tersenyum malas, menatap Davin dengan tatapan jengah .

"Saya tau pengunjung langganan anda mayoritas adalah seorang pengusaha pengusaha besar, termasuk ayah saya Bram Adiwijaya seorang President Commissioner dari Andalusia Group beserta rekan dan klien nya, bisa saja saya menghasut mereka agar tidak berkunjung lagi ke Lounge and Bar milik anda, itu mudah sekali Alexa" lagi lagi Davin masih bersikap tinggi dihadapan Alexa, ucapan Davin terdengar sangat menyebalkan, tidak seharusnya ia berbicara seperti itu kepada Alexa. Hal itu cukup membuat Alexa diam seribu bahasa.

"Jadi bagaimana nyonya?" Davin mencondongkan tubuhnya kearah Alexa yang masih terdiam sebal namun dengan masih menjaga image nya.

》》》

"Pacar kenapa sih diem aja?" Davin mengikuti langkah Deandra, memang sedari tadi Deandra hanya diam seribu bahasa, jika ditanya hanya tersenyum kemudian menggeleng, ini bukan pertanyaan pertama Davin.

"Mikirin tagihan listrik lagi?" Davin terkekeh pelan beruasaha meledek Deandra, namun sia sia Deandra hanya menoleh sekilas saja.

"Millen!" Deandra berteriak memanggil Millen yang sedang berdiri di hadapan pintu ruang musik, Millen menoleh lalu melambaikan tangan nya kearah Deandra.

"Gue duluan" ucap Deandra pendek lalu pergi ke arah Millen, Davin hanya terdiam memandang punggung Deandra yang kian menjauh, memangnya sejak kapan Deandra dekat dengan Millen? Selama ini tidak kelihatan kalau mereka dekat, atau Deandra memang sengaja ingin menghindar dari nya?

"Brengsek" umpat Davin kesal.

"Mending gue cari Novia cabe cabean gue" Davin terkekeh pelan berjalan dengan cuek, masa bodo Deandra ingin kemana pun ia tak peduli, tak ada Deandra Novia pun jadi.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang