Bagian Empat

1.5K 63 0
                                    

Tak disangka Davin benar benar menunggunya di gerbang kampus, padahal Deandra sengaja pulang lebih lama dari seharus nya untuk menghindari Davin, Deandra memutar bola mata nya sebal ketika melihat Davin berdiri dengan santai nya sembari berbincang bersama Genji dan juga Dion, sial! Ia tak bersama Erina atau pun Bella. Semakin Deandra mendekat ke arah mereka, Genji dan Dion tiba tiba saja pergi menyisakan Davin sendirian, Deandra berjalan berpura pura tak tahu keberadaan Davin disitu, tak menoleh ke arah Davin sedikit pun seperti tak ada sebuah sosok yang berdiri disitu.

"Dean" panggil Davin dingin, Deandra langsung berhenti dan menelan ludah nya. Davin melangkah 1 meter tepat di samping kanan Deandra. Deandra meringis ke arah Davin, tingkah yang benar benar bodoh Deandra!

"Ikut gue" Davin menarik lengan Deandra untuk ikut bersama nya, Deandra membulatkan matanya sembari mengikuti langkah Davin dengan tak beraturan.

Davin membuka kan pintu mobil porsche dark grey miliknya, Deandra tertegun melihat kemewahan mobil milik Davin, "masuk!" Ucap Davin yang melihat Deandra hanya mematung sembari memperhatikan mobil milik nya. Deandra yang menyadari suara Davin segera masuk dengan bodohnya.

Mobil itu melesat begitu saja meninggalkan tempat semula, berjalan membelah jalan raya bersama kendaraan yang lain. Langit yang mulai menggelap pertanda sudah senja. Tatapan Deandra hanya mengarah pada jendela sebelahnya, menatap langit yang berpadu antara jingga dan juga keunguan. Tatapan nya tak pernah Deandra edarkan ke arah yang lain.
"Lo kenapa senyum senyum sendiri?" Tiba tiba Davin bertanya dengan nada heran, Deandra menoleh dan berhenti tersenyum. "Engga" jawab Deandra singkat.

Davin hanya tersenyum hambar dan meminggirkan mobil nya di sebuah pinggiran jembatan. Davin membuka atap mobilnya dan menyandarkan tubuhnya dijok, kedua tangan nya ia lipat tepat di belakang kepala nya sembari menghembuskan nafas. Davin menengadahkan wajah menatap kelangit diatas sana. Deandra hanya terheran heran melihat apa yang baru saja Davin lakukan.

"Gue tau lo suka kan sama langit senja?" Ucap Davin tanpa mengalihkan matanya pada objek lain. Deandra ikut menatap langit tanpa membuka suara.

Tak ada suara lagi selain hanya suara deruan halus angin dan beberapa kendaraan yang lewat, tak banyak kendaraan yang lewat hanya beberapa saja. Davin masih memandang langit bersamaan dengan Deandra, hingga langit perlahan menggelap mereka masih setia berada ditempat itu. Sebuah jembatan besar yang di bawahnya sungai kota tak sebersih sungai sungai di daerah pada umumnya memang, namun jembatan ini cukup indah pada malam hari.

"Tujuan lo bawa gue kaya gini apa Dav?" Deandra memecah keheningan yang sedang terjadi di antara mereka. Davin menoleh ke arah Deandra dan menegak kan tubuhnya. Lengan nya ia taruh diatas stir mobil. "Tanpa gue kasih tau pasti lo udah tau De".

"Gue masih berusaha nawarin lo yang kemarin" lanjut Davin.

"Dav!" Ucap Deandra lantang sembari memejamkan matanya dengan tatapan serius nya kerah Davin.

"Lo jadi penari striptis udah berapa lama?pasti lo juga udah sering dong dapet tawaran kaya gini" ya penari striptis di Alexis Lounge itu adalah Deandra, Deandra memang melakukan pekerjaan nya pada malam hari namun tak setiap hari hanya 4 kali dalam seminggu. Ada sebuah alasan yang sangat jelas untuk Deandra melakukan pekerjaan nya itu.

"Lo mau berapa? Pasti gue kasih de, asal lo mau nerima tawaran gue" lanjut Davin lagi.

"Stop maksa gue Dav! Mending lo cari perempuan lain yang bisa nerima tawaran lo itu" Deandra tersenyum hambar.

"Perempuan kaya lo itu sama aja rendahnya kaya perempuan pinggir jalan! Gausah sok suci de! Uang gue pasti bakal lo butuhin!"

'Plakkk' satu tamparan telak refleks Deandra berikan untuk pipi sebelah kanan Davin. Mata Deandra sudah menyala nyala, dada nya bergemuruh, nafasnya sesak.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang