Davin berjalan agak santai, kepala hingga telinga nya terpasang Headphone silver kesayangan nya, mendengarkan musik aliran Metalcore kesukaan nya, fikiran nya tenang sedangkan otak nya sudah terhubung dengan bunyi musik keras itu.
Hanya tinggal 1 mata kuliah lagi hari ini,sial nya mata kuliah akhir di pending selama 1 jam, kalau hanya untuk nongkrong seperti biasa di fakultas psikolog hari ini Davin sedang sangat tidak tertarik, apalagi Davin sedang gondok gondok nya dengan Ito.
Davin berjalan santai fokus dengan putaran lagu nya, hingga ia tidak sadar kalau ia baru saja menabrak seseorang.
"Awhhh" suara ringisan pelan terdengar dari mulut seorang yang ditabraknya. Davin bahkam tidak mendengar suara ringisan itu, namun ia sadar kalau ia baru saja menabrak seseorang. Davin memberhentikan langkahnya, memindahan Headphone itu melingkar di lehernya, Davin menaikan alis nya sebelah dengan santai, tatapan santai nya ia berikan pada seseorang itu.
Ternyata itu Deandra, tadinya Davin ingin berbicara pedas pada seseorang itu akibat sudah menabraknya, namun segera ia urungkan mengetahui itu adalah Deandra, Davin menangkap tatapan Deandra dengan mata yang seakan kaget dengan kehadiran Davin, siluet bola mata Deandra sangat indah ternyata, hitam pekat sangat indah perpaduan nya dengan bagian putih nya. Bulu mata panjang yang lentik seakan sengaja di Extension Bulu Mata padahal tidak, Deandra mentap Davin seakan speachless ntah Davin tak mengerti dengan tatapan polos itu.
Deandra kemudian menyadarkan tatapan nya, mengalihkan pandangan nya kebawah, Davin hanya memasang wajah tidak kepedulian nya, lalu ia kembali memasang Headphone nya dengan rapi di telinga nya kemudian Davin memilih pergi tanpa sepatah kata pun atau sapaan singkat sekalipun.
Deandra masih terdiam, padahal ingin sekali ia bertegur sapa dengan Davin, namun apa daya, sikap Davin yang sekarang membuktikan omongan Davin kala itu, bahwa setelah mereka kembali ke Jakarta semua akan berjalan dengan normal seperti sebelum nya, dan itu memang benar terbukti. Davin tak mainain ternyata.
Deandra hanya bisa tersenyum hambar, ingin sekali padahal rasanya ia menceritakan kejadian terpedihnya saat ini.
》》》
Davin lebih memilih meminggirkan mobil nya dipinggiran jalan, disebuah jembatan tempat di mana ia pernah menghabiskan waktu senja dengan bayang bayang Deandra. Pukul 17.45, langit pun sudah menguning seperti biasanya.
Ada seorang wanita sedang berdiam diri, biasanya tak ada satupun orang yang ingin berada ditempat ini pada waktu seperti ini, biasanya orang orang akan masa bodo melewatkan moment indah dari alam semesta.
Rambut hitam agak kecoklatan dengan keriting gantung dibagian bawahnya, mengenakan Ripped Jeans biru langit , T-shirt Lady putih capsule serta pump shoes 7 cm hitam nya. Pakain yang sama dengan yang dipakai Deandra ketika Davin bertemu gadis itu di kampus.
Deandra? Ternyata wanita itu masih ingat dengan tempat ini. Davin melangkahkan kaki mendekati sosok yang sedang berdiri membelakangi jalan tentu saja membelakangi nya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra dan Waktu
Fiction générale[COMPLETED] Bagaimana jika kita mengagumi seorang Laki laki dingin yang selalu berbuat sesuka hatinya? Itu yang Deandra rasakan ketika ia mulai mengagumi seorang putra billionaire berotak cerdas, bukan idola kampus namun tak sedikit wanita yang akan...