Bagian Delapan

1.3K 40 0
                                    

Bell sebuah isyarat bahwa mata kuliah telah usai, penghuni kelas berhambur meninggalkan kelas untuk menunggu mata kuliah terakhir ditempat lain.

"Eh Genji! Pensil gue mana yang tadi lo pinjem?" Erina menghampiri meja Genji yang masih sibuk memasukan alat tulisnya ke dalam tas.

"Ilang"
Dengan santai nya Genji berkata enteng seperti tak merasa bersalah sedikit pun.

"Ihhh.. lo tuh ya selalu ngilangin barang gue terus, ganti! Gue gamau tau, itu mahal Genji!" Erina menjambak rambut Genji tanpa ampun.

Genji meringis kesakitan teraduh aduh akibat jambakan Erina yang sangat kencang.

"Adadahdahh.. ampunn.. lepasin" Genji meronta ronta kesakitan, bukan nya melepaskan, Erina justru menjambaknya semakin jadi.

"Gak! Lo tuh gak pernah kapok!! Biar tau rasa, biar rambut lo botak sekalian" Erina tambah geram menjambak rambut Genji.

Genji memiliki akal disela sela siksaan yang sedang ia rasakan "eh Arga lewat tuh, woii Ga!!" Spontan Erina melepaskan jambakan nya begitu Genji menyebutkan nama Arga, Erina menoleh ke arah pintu.

Tak didapatinya Arga justru ia malah mendapati Genji yang berlari kabur keluar kelas.

"Wooyy Genji!! Lo boongin gue awas lo!!" Erina meneriaki Genji yang sudah berlari jauh dan melesat dengan cepat tak kelihatan batang hidungnya lagi.

"Woii kamprett!! Biang onar!! Brandal!! Balikin pensil gue!!" Beberapa julukan Erina keluarkan sembari berlari menelusuri koridor untuk mengejar Genji.

"Brengsek lo!! Genji!!" Erina terus berteriak memanggil Genji yang sudah 10 meter berlari dihadapan nya untuk segera berhenti.

"Genji!! Dasar Brandal!!" Genji sama sekali tak menghiraukan teriakan demi teriakan yang Erina lontarkan untuknya.

"Stopp Genjii!!!" Teriakan Erina tak mampu menghentikan Genji, Genji masih terus berlari dan menertawai Erina yang kelihatan sudah sangat lelah.

"Kejar gue dulu kalo bisa" teriak Genji cekikikan, Genji tiba tiba berhenti ketika berpapasan dengan Arga.

Seketika itu Erina langsung berhenti, kini jarak nya hanya sekitar 2 meter dihadapan Genji dan Arga.

"Ga liat tuh pengagum lo alias gebetan lo abis gue latih maraton, gimana?" Genji cekikikan.

"Maraton?" Arga menaikkan sebelah alis nya dengan bingung.

'Gila! emang sinting si Genji, malu maluim gue di depan Arga, mana gue keringetan gini, bau deh' umpat Erina dalam hati, Erina menggigit bibirnya menahan malu, wajahnya memerah menahan geram nya pada Genji.

"Jangan dengerin dia" Sergah Erina cepat.

"Eh brandal! Mana sini balikin pensil gue!" Erina memplototi Genji dengan geram.

"Ih gila Ga, si Erin ternyata kasar ya mulutnya, gue dikatain brandal masa" Genji berbicara seakan mengkompor kompori Arga .

"Genji! Kampret lo ya!" Erina kembali memaki Genji kali ini ucapan nya pelan masih sembari melolot.

"Wah tuh Ga, kasar banget kan omongan nya, ga baik ya Ga cewe ngomong kasar gitu, parah lo ah Rin" Genji terus mengkompor kompori, mempermalukan Erina lewat ulah jahil nya.

"Ada masalah?" Tanya Arga yang sedari tadi hanya bingung melihat tingkah mereka berdua.

"Genji gak mau balikin pensil aku Ga"

"Cailah aku, giliran sama Genji yang gak kalah tampan nya sama Arga manggilnya 'lo-gue' gitu ya" kembali Genji meledek Erina lagi dan lagi. Erina sudah benar benar merasa dipermalukan oleh Genji saat ini.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang