Empat Puluh Tiga

1K 24 0
                                    


🔊SOUND ON🔊

Mobil hitam itu sengaja terparkir dipinggir jalan, Davin sudah tak sabar untuk menunggu Deandra. Padahal ia baru saja menunggu 15 menit lalu, entah itu kurun waktu yang lama atau masih sebentar .

'Tok tok tok' seseorang mengetuk kaca pintu mobil sebelah kiri. Sedang asik nya mendengarkan musik sampai ia tak sadar kalau Deandra yang mengetuk untuk segera dibuka kan pintu mobil.

"Maaf ya, aku sampe gak engeh kalo masih aku kunci"

Senyum sumringah memancar di bibir Deandra yang sudah masuk kedalam mobil.

"Rambut kamu rapi banget Dav" Deandra sedikit melongo melihat tataan rambut Davin yang ia tata kebelakang.

"Bukan nya emang kaya gini ya dari dulu?" Jawab Davin polos.

Deandra terkekeh, "iya, tapi kaya ada yang beda aja gitu, kayanya kamu pake pomade nya banyak banget deh hihihihi"

"Ah masa sih kayanya biasa aja ah" tutur Davin sedikit malu sembari berkaca.

"Aku selalu suka sama parfum kamu Dav, dan aku gatau kenapa lihat kamu hari ini super rapi"

Davin tersenyum pada Deandra, senyum tulus ia sungingkan, itu membuat Deandra nampak sedih, kenapa sedih? Harusnya kan bahagia.
Entah sangat perih ia rasakan, senyuman itu, dibalik senyum tulus itu ada banyak kepedihan yang laki laki itu rasakan.

"Kan biar kamu gak malu jalan sama aku, aku liat Genta selalu rapi, makanya aku mau ikutin dia hari ini"

Deandra hanya membalas ucapan Davin dengan senyuman hambarnya, kenapa harus ada nama Genta disaat saat seperti ini.

"Oiya maaf ya kaca mobilnya gelap, sengaja aku ganti, biar kamu aman jalan sama aku"

"Dav.." panggil Deandra.

Davin sempat menoleh disela sela kemudinya.

"Iya apa?" Sahut Davin.

"Aku seneng deh bisa berpergian lagi sama kamu, aku pengen ngeliat senja sama kamu nanti"

"Masih pagi udah ngomongin senja, masih lama neng"

"Ih gapapa kan aku bilang dari sekarang"

"Iyaaa... apapun itu aku pasti turutin"

"Besok ibu sama fio dateng ke Jakarta Dav"

"Ibu?" Tanya Davin heran, bukan kah ibunya sudah tak ada pasca sakit dahulu?

Deandra mengangguk "adik ibu aku, dia yang ngurus aku sewaktu kecil, ya walaupun ibu aku udah gak ada, seenggaknya masih ada dia yang aku udah anggap kaya ibu kedua aku sendiri"

Davin hanya terseyum mendengarnya, beruntung Deandra masih memiliki ibu lain ketika ibu kandung nya sudah tidak ada pasca sakit waktu itu.

Davin kembali sibuk menyetir. Sementara Deandra sesekali menoleh kearah Davin lalu tersenyum, wajah Davin nampak menggemaskan dengan bibirnya ia kulum kulum serta mata yang tengah fokus kejalan raya.

"Bisa kali ya misalkan nanti setelah beberpa lama pernikahan aku sama Genta, aku mengajukan buat bercerai, aku mau nikah sama kamu Dav, aku pasti nungguin kamu nyelesain semua masalah yang kamu hadapin"

Tiba tiba ucapan seperti itu terlontar begitu saja dari bibir Deandra, Davin seidkit agak kaget mendengarnya, apakah ucapan itu bersungguh sungguh?

"Sutt, ngomong apa sih kamu de, pokoknya kamu baik baik sama Genta, pamali loh ngomong kaya gitu, aku gak mau kamu punya pemikiran kaya gitu, aku gak suka"

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang