Bagian Sembilan

1.3K 41 1
                                    


Hari ke 5

Hari Jumat, hari yang ditunggu tunggu para pelajar atau pekerja, membuat mereka terlalu bersemangat untuk segera menghabisnya sepanjang hari ini untuk segera menunju weekend, macet dimana mana, masih gelap gulita pun jalan sudah dipadati oleh berbagai macam kendaraan. Seperti yang sedang di alamai oleh seorang gadis bertubuh langsing nan anggun ini.

Seko, jam 9 lewat 10 menit, hal sial yang sedang ia rasakan saat ini, bukan kemacetan yang membuatnya jengkel, namun ia harus mendorong motor matic nya sampai menemukan bengkel. Motornya mogok ditengah jalan saat ia harus berangkat ke kampus. Sialnya ia belum menemukan satu pun bengkel sepanjang jalan yang ia telusuri. .

Sudah hampir 2 kilometer ia menelusuri pinggiran jalan raya sambil mendorong motornya. Sialnya ponselnya mati akibat ia lupa mencharger semalam, itu menyulitkannya untuk menghubungi teman teman nya untuk meminta bantuan.

Keringat sudah bercucuran membasahi area wajah serta lehernya, nafasnya pun sudah terengah engah. "Sial! Mana sih bengkel?" Umpatnya kesal karna tak ada satu pun bengkel yang ia temui.

"Motornya kenapa?" Sapa seseorang yang tiba tiba disampingnya.
Tanpa menoleh sedikit pun Seko tetap berjalan sembari mendorong motornya tak mempedulikan ucapan seseorang tersebut, ia sudah tau siapa itu, ia sudah sangat hafal dengan suara itu.

"Mogok? Mau gue bantu?" Ucap seorang tadi yang masih terus mensejajarkan kecepatan motornya dengan langkah Seko.

Seko menoleh sebal ke arah orang itu, benar dugaan nya, itu Fano dengan ninja Hitam yang ia lajukan pelan. "Gaperlu!" Seko berjalan dengan menambah kecepatan langkahnya, namun Fano masih tetap mengimbangi kecepatan Seko. "Bengkel masih jauh" ucap Fano lagi namun seko masih keukeh tak mempedulikan Fano.

'Ck! Keras kepala! Bukan saatnya buat bertindak jual mahal bodoh' Fano menggerutu pelan, ia sudah hafal betul dengan sifat Seko yang begitu keras kepala. "Mau gue bantu gak seko?" Fano mencoba berbicara halus kepada seko, namun Seko hanya memincingkan matanya sekilas kearah nya.

"Okey, tawaran terakhir, mau gue bantu atau engga?" Dengan masih berusaha sabar, Fano menawarkan lagi, namun lagi dan lagi Seko masih bersikap acuh tak acuh padanya.

"Diem tanda nya gamau, gue duluan" Fano melajukan motornya dengan kecepatan yang ia tambahkan, sama sekali tak mempedulikan Seko lagi. Seko berhenti dan memandang Fano yang mulai menjauh, benar benar laki laki yang tega! Membiarkan ia mendorong motornya sendirian dibawah matahari yang mulai terik. "Harusnya lo paksa gue Fan! Bukanya ninggalin! Dasar gak ada perjuangan nya!" Seko mengoceh dengan kesal, Fano sudah mulai semakin jauh.

"Fanoooo!!!! Tungguuuu!!!" Seko berteriak agar Fano menghentikan motornya, dan benar Fano menghentikan motornya ketika Seko berteriak. "Berhasil!" Fano tersenyum jahat, ternyata strateginya berhasil mengerjai Seko, Benar kan? Seko memanggilnya setelah ia pergi?

Jarak Fano berada 15 meter dihadapan Seko, Seko mendorong kembali motornya dengan cepat menghampiri Fano, sementara Fano hatinya sudah meloncat kegirangan, jarang jarang kan Seko mau mengejarnya?

"Fan bantu gue" ucap Seko agak gengsi sembari terengah engah, Seko mengelap keringat dipelipisnya.

"Lo bisa bawa ninja kan?" Seko mengangguk. Fano menstandar motornya diikuti turunya ia dari motor, kemudian ia mengambil alih motor Seko "lo bawa motor gue , gue yang dorong motor lo, lurus aja sampe nemu bengkel, lo tunggu gue aja disitu" Seko sudah menstater ninja Fano, "kita jalan nya barengan aja" ucap Seko.

Fano mendorong motor Seko pelan pelan dan Seko mengimbangi langkah Fano, Seko hanya terdiam tak membuka pembicaraan sama sekali, sesekali ia melirik sekilas ke arah Fano yang sudah nampak lelah mendorong motornya, cukup jauh mereka berjalan kini.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang