Waiting!

2.3K 120 0
                                    


Anissa setengah berlari membelah kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di dalam bandara, sesekali Ia menyapu pandangannya mencari sosok orang yang berarti dalam hidupnya, siapa lagi sosok itu kalau bukan Fauzan, Ia sekarang kini ada di bandara menyusul pemuda itu.

pemuda yang ternyata memiliki kisah cinta yang cukup rumit, pemuda yang memiliki kesetiaan yang amat sangat dalam, pemuda yang rela menunggu ketika hubungannya di uji jarak dan ketidakpastian, sepuluh oktober adalah janji dimana mereka akan bertemu, janji yang kini sudah memasuki delapan tahun, janji Fauzan dan gadis berwajah manis bernama Ulfa, Anissa masih terus mencari sosok Fauzan meskipun Ia asing dengan keadaan Bandara.

Ia terus meneriaki nama Fauzan, suara kencang Anissa memecah hingar bingar keadaan Bandara yang riuh Ia kembali berlari memasuki lobi semakin dalam, matanya kembali menyapu ruangan, lama mencari disekitar akhirnya Anissa melihat sosok Fauzan yang sedang bersandar di sebuah pilar besar dengan mata memandang lurus jalan keluar penumpang pesawat.

“Ka Fauzan…” Kata Anissa ketika Ia sudah berada dihadapan Fauzan dengan sedikit mengatur degup jantungnya yang tersenggal karena kelelahan mencari Fauzan, sementara Fauzan yang Fokus Pada arah pandangannya memalingkan arah pandangannya pada Anissa, Ia cukup  kaget melihat siapa yang sekarang berdiri dihadapannya.

“Niss! Sedang apa kamu disini…” Ucap Fauzan sambil menoleh kanan kiri bingung.

“Mencari kakak” Kata Anissa lalu ikut bersandar dengan berdiri di samping Fauzan.

“Mencari kakak untuk?" tanya Fauzan lagi dengan nada semakin bingung.

“Mau menemani kakak…” Kata Anissa sekenanya karena Ia memang tidak memiliki alasan yang cukup kuat tentang kedatangannya menemui Fauzan.

“Tahu dari mana aku disini…” Kata Fauzan dengan tatapan mata masih lurus kedepan, Anissa tak menjawab, Ia hanya menunduk bingung harus berkata apa, melihat Anissa yang diamFauzan akhirnya menoleh dan sedikit menunduk karena tinggi Anissa hanya sedadanya.

“Asih ya…” Lanjutnya lagi, Anissa hanya mengangguk mengiyakan kata-kata Fauzan
“Dasar anak itu, kalau bukan asisten kesayangan sudah aku pecat Dia, karena mulutnya terkadang tidak bisa dijaga…”Gerutu Fauzan.

“Kakak, itu kenapa…” Kata Anissa menunjuk wajah Fauzan yang penuh luka lebam di pipi dan sudut bibirnya.

“Owhh ini, nanti aku akan menejelaskannya padamu…” Kata Fauzan sambil mengelus pipinya yang masih terasa berdenyut sakit lalu mereka kembali berada di ruang keheningan, tak ada satu pun kata yang terucap dari mereka, Fauzan dengan fikirannya sendiri, Anissa hanya tertunduk dengan keraguan dan kebimbanganya sendiri.

“Kamu sudah makan…” Tanya Fauzan lagi, Anissa hanya mendongkak tak menjawab.

“Kalau begitu kita makan di Cafetaria saja…”Ajak Fauzan lalu berjalan mendahului Anissa.

“Anissa… Anissa… lalu kamu mau apa kesini kalau hanya berdiam diri tidak jelas dan merepotkan ka Fauzan…”Gerutu Anissa pada forints sendiri sambil menghembuskan nafas berat lalu mengikuti langkah Fauzan.

mereka duduk di pojokan Cafetaria di dekat jendela, Fauzan memesan dua porsi makanan untuk dan Dia dan Anissa, mereka masih dilingkupi keheningan, Fauzan hanya memalingkan panangannya kejendela seperti sedang menghitung kendaraan yang berlalu lalang di depan matanya, sementara Anissa Ia masih bingung harus berkata apa, tapi seolah hatinya mendorong untuk mengatakan apa yang membawanya kehadapan Fauzan, Ia menutup mata dan meremas liapatan gamisnya yang tergerai di atas lututnya, Ia mendongkak mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menanyakan perihal gadis bernama Ulfa itu walaupun Ia tahu itu bukanlah urusannya, tapi melihat Fauzan yang seperti sekarang ini hatinya tak tega, mata teduh itu seperti memendam luka yang amat sangat dalam yang Ia simpan rapat-rapat di dasar hatinya.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang