Miss You In My Longing!

1.3K 79 4
                                    

Anissa merenung, memperhatikan gemerlap bintang yang seolah menggoda matanya untuk tak beranjak darinya. Angin malam seolah membisikan nama orang yang lima hari ini begitu amat Ia rindukan, rindu akan hadirnya, senyumnya, perhatiannya, dan semua yang ada pada diri pada laki-laki itu. Fikirnya melayang pada hari dimana terakhir bertemu dengannya.

"Baiklah! Mama dan Bu Marni setuju kalau kalian harus berpisah" ucap Bu Atiya lima hari yang lalu. Jelas saja kata-kata itu membuat Reza dan Anissa seokmah mati rasa.

"Mama jangan main-main ma?" Tanya Reza yang lebih kepada penegasan.

"Tidak! Mama tidak main-main? Kalian harus berpisah" kata-kata Bu Atiya yang sesekali melahap sushi di hadapannya. Reza menatap Bu Atiya dengan mata menyala, sementara Anissa hanya bisa menunduk dengan mata berkaca-kaca, jika Ia tidak malu ingin rasanya Ia berontak dan ikut memperjuangkan cintanya, dan sekali lagi Ia harus meragap diri siapa dan bagaimana dia. Tapi yang mengganjal hati Anissa adalah kenapa ibunya begitu tenang dan santai sementara Ia sendiri tengah menahan gejolak hatinya yang semakin lama semakin terasa sakit.

"Aku tidak mau berpisah dengan Anissa, tidak mau dan tidak akan pernah mau, sebenarnya apa yang ada didalam mama dan ibu, karena jujur saja aku tidak paham sama sekali alur fikiran mama" ucap Reza dengan nada tak percaya. Sementara perempuan cantik bergestur tubuh sintal itu hanya tenang menikmati green tea-nya.

"Kalau pun kami mau dipisahkan kenapa harus menjelang pernikahan, seharusnya mama memikirkan bagaimana perasan Anissa dan keluarganya" lanjut Reza masih dengan menggebu.

"Justru kalian mau menikah makanya mama dan Bu Marni pisahkan"

"Tapi kenapa, ada yang salah pada kami. Kenapa seperti ini, aku kira mama sudah berubah ternyata aku salah menilai"

"Reza jaga ucapan kamu! Makanya kalau orang tua bicara dengarkan dulu. Dasar anak muda keras kepala" ucap Bu Atiya mulai tersulut emosinya. Semua mata memperhatikan mereka, namun itu tak berlangsung lama. Reza mulai tenang setelah mengucap maaf atas ucapannya tadi.

Bu Atiya menoleh kepada Bu Marni yang sibuk menyuapi Luna seakan memberikan isyarat agar Dia yang menjelaskannya kepada dua orang dihadapannya.

"Maksud dari dipisahkannya kalian antara lain kami akan melakukan tradisi pingitan" ucap Bu Marni. Reza dan Anissa menoleh bersamaan kearah bu Marni.

"Pingitan?" Ucap Reza dan Anissa bersamaan.

"Iya! Dan kalian tidak boleh menolak apalagi melanggar..." ucap Bu Marni tak terbantahkan.

"Pingitan itu apa. Dan kenapa kami menjalankannya" ucap Reza.

“ Sebagian besar orang yang bersuku jawa menjajankan tradisi ini. Mama kan orang jawa. Nah mama mau tradisi ini juga kalian rasakan. Memang tidak bisa di buktikan secara ilmiah kalau tradisi pingitan ini menjamin keutuhan rumah tangga, tapi banyak sekali manfaatnya untuk kedua mempelai..."

'Manfaat apa? Bukannya lebih banyak mudaratnya. Kami jadi tidak bisa bertemu dan berkomunikasi tentang persiapan pernikahan"

“ Kata siapa banyak mudaratnya, nah seperti yang kamu bilang dengan berkurangnya intesitas pertemuan kamu dan Anissa akan menimbulkan rasa rindu dan cinta yang lebih dan lebih lagi, selain itu juga pingitan itu akan menimbulkan rasa saling percaya antara kamu dan Anissa kelak hubungan kalian terpisah oleh jarak dan pekerjaan. Mama dan Bu Marni jamin kamu akan melihat sosok lain dari Anissa" terang Bu Marni.

“Dia memang selalu lain dari pada yang lain, selalu aneh dan absrud”Celetuk Reza sembari senyum mengejek Anissa.

“ Setuju cama om ganteng Ka Nissa emang aneh" timpal Luna. Anissa hanya menggeretakan giginya dan menggeram kesal kearah Reza dan memberikan delikan mautnya pada Luna. Bu Marni dan Bu Atiya hanya tersenyum lebar melihat tingkah calon pengantin itu.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang