10th October

2.4K 127 0
                                    

Anissa berjalan gontai menelusuri Trotoar jalan yang dipadati oleh pedagang kaki lima, fikirannya melayang entah kemana, hari-harinya yang Ia lewti dengan kekonyolan kini berubah sangat ajaib dan penuh kejutaan, dan siapa lagi yang mampu membuat keajaiban aneh itu kalau bukan Reza yang melakukannya, selain dari itu ada hal yang lebih menggangu fikiranya.

Setiap malam Ia menerima telepon dan pesan singkat gelap entah siapa yang mengirimkannya, yang jelas itu membuat Dia resah setiap malam menjelang tidurnya pesan itu berupa ancaman agar Ia menjauhi Reza, padahal tidak di ancampun setelah kontrak itu selesai Anissa akan menjauhi Reza, bukan, bukan karena Dia tidak mencintai Reza, tapi karena Ia merasa tidak sekhufu dengan Reza, cinta yang Ia punya seperti terhalang dinding yang tak kasat mata, gaya hidup, kedudukan, jabatan, latar belakang keluarga dimiliki Reza. sementara Ia, Dia tidak memiliki apa pun selain title Mars Girls dan Ceroboh kualitas nomor satu, itulah yang menjadi pertimbangannya untuk tidak meneruskan hubungannya dengan Reza meskipun itu akan menyiksa hatinya.

Hari ini memang Ia tengah libur kerja itu pun tanpa sepengetahuan Reza, kalau Reza tahu, Dia pasti akan mengikuti kemana pun Anissa pergi, apalagi sekarang Ia sedang menuju rumah Fauzan, kalau sampai Reza tahu Ia pasti akan mengekang Anissa mati-matian dengan alasan ini dan itu di kantor, Anissa terkadang bingung sendiri dengan sikap Reza, sikap posesif Reza seolah Ia miliknya namun Ia tak pernah menyatakan perasaannya, tapi jika Ia tidak memiliki perasaan apa pun kenapa Ia harus bersikap berlebihan padanya, entahlah Reza adalah orang yang paling sulit untuk Ia tebak Anissa terus melangkah menuju kediaman Fauzan karena masih ada beberapa barangnya yang tertinggal.

Anissa kini berdiri tepat di depan pintu rumah megah Fauzan, rumah ini bukan rumah utama keluarga Fauzan, rumah ini adalah rumah pribadi Fauzan, rumah yang beli sendiri dengan hasil keringatnya Itu kenapa keluarganya belum pernah bahkan tidak akan pernah datang kerumah ini karena Fauzan bilang Ia tidak pernah memberi tahu mereka tentang rumah ini, Anissa mengetuk pintu sembari mengucap salam tak lama kemudian seseorang masih muda yang bekerja sebagai asisten rumah tangga Fauzan yang Ia kenal bernama Asih membuka pintu lebar-lebar sambil berteriak hiseteris menyebut namanya.

“Mbak Anissa…” Seru Asih sambil merangkul Anissa penuh hangat, seperti sahabat lama yang tak pernah bertemu.

“Mbak Anissa kenapa jarang kesini, rumah ini sangat sepi tanpamu mbak…” Ucap Asih lagi sambil menggandeng tangan Anissa menunutunnya meuju ruang tengah, Anissa dan Asih memang sudah akrab selama Anissa tinggal dirumah Fauzan, hanya waktu awal-awal saja Ia tidak bertemu dengan gadis berambut ikal itu karena izin ibunya sakit.

“Maaf ya Sih, mbak jarang kesini soalnya akhir-akhir ini sedikit sibuk…”Terang Anissa sambil duduk di samping Asih di Shofa panjang.

“Wihh hebat sekarang ya sudah sukses sampai-sampai tidak punya waktu untuk mampir kesini, ibu gimana sehat kan! Luna juga bagaimana, sehat juga kan…” Tanya Asih beruntun.

“Alhamdulillah! Ibu Sehat Luna juga sehat, jadi hanya mereka yang ditanya keadaanya, aku tidak…” Ucap Anissa dengan nada seperti jemut.

“Untuk apa bertanya tentang keadaan mbak, mbak kan wonder woman, penyakit aja takut sama mbak… takut disakiti…” Ucap Asih dengan gelak tawanya yang khas.

“Wah sudah pinter meledek ya sekarang awas mbak cubit kamu” Kata Anissa sembari mencari pinggang Asih yang Ia apit dengan kedua tangannya.

“Ampun! ampun mbak, ampun…” Kata Asih kegelian, sambil menyembunyikan pinggannya yang jadi sasaran Anissa.

“Ngomong-ngomong ka Fauzan ada dirumah…” Kata Anissa sambil menyapu sekitar ruangan rumah dengan matanya.

“Ini tangal sepuluh mbak…” Ucap Asih dengan nada sedih.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang