Allah, I'm Back

2.4K 113 1
                                    

Hari menjelang sore, hari ini Anissa seperti bukan Anissa yang biasanya, rasanya ingin sekali Ia menemui Reza menanyakan maksud dan tujuannya tapi Ia sangat paham kalau suasana diruang HRD sedang asing baginya, ditambah Reza yang beberapa kali masuk keluar kantor karena harus meeting, tubuh kecilnya  masih menjadi sorotan orang-orang seantero Mumtaz Coperation.

Iya berita hubungannya terasa lebih menggelegar dari pada perang saudara di syuriah atau jatuhnya pesawat di Kalimantan, Anissa beberapa kali menarik nafas berat seolah beban sedang menghimpit paru-parunya.

“ Sabar Niss! mereka hanya belum terbiasa menerima idola mereka menjadi milikmu” Ucap Intan sambil tersenyum dan duduk dihadapan Anissa yang menopangkan kepalanya Diatas meja slinder.

“Iya, tapi ini bukan…” Kata Anissa terpotong karena suara dering telpon memutus pembicaraan mereka dan membuat Intan harus mengangkat teleponnya.

“Hallo…” Kata Intan setelah sambungan teleponnya terhubung Terlihat sesekali perbincangan Intan dan sang penelepon
“ Siapa Tan…” Tanya Anissa sambil menegakan keplanya.

“Tadi Pak Reza Dia memintamu  keruangannya…” Kata Intan dengan senyum menggoda.

“Bagus, aku sudah menunggu-nunggu sejak tadi” Kata Anissa sambil mengeretakan jari-jarinya seolah siap untuk berperang, lalu meninggalkan Intan sendiri di Pantry yang hanya menggeleng-gelengkan kepala tak mengerti akan sikap dua sejoli itu.

Anissa berjalan tergesa-gesa menghindari para karyawan yang melewatinya, apalagi Ia sampai di ruang HRD Ia berjalan cepat dan alhasil “Dukkk”Kepalanya terantuk pintu.

“Awwww… awwww… kepalaku…” Kata Anissa sambil mengusap kepalanya yang berdenyut sakit, bahkan matanya sampai berkaca-kaca, semua orang yang melihat kejadian itu sejujurnya tak bisa menahan tawa, tapi mengingat ancaman Reza tadi pagi membuat mereka harus sebisa mungkin menahan geli. Anissa masuk sambil masih terus mengsuap keningnya yang bisa dipastikan memar.

“Kamu kenapa…” Tanya Reza yang melihat Anissa meringis kesakitan.

“Kenapa…! kenapa… Ini semua gara-gara kamu  “ Ucap Anissa ketus tanpa melepaskan tangannya di keningnya.

“Kenapa kamu tiba-tiba menyalahkanku…” Kata Reza bingung.

“Iya, ini semua karenamu, kalau kamu tidak mengatakan hal itu tadi pagi aku tidak mungkin berjalan menunduk seperti mencari uang receh, dan beginilah akhirnya aku kepentok pintu “ Kata Anissa mendengus kesal.

“Owwhhh itu Itu adalah upayaku untuk menjagamu, karena kalau aku mengatakan kalau diantara kita tidak ada hubungan apa-apa, justru mereka akan menganggapmu perempuan murahan, dan aku tidak mau itu terjadi, lebih baik aku luruskan kalau kamu itu kekasihku, dan memang begitu kenyataanya’kan…” Kata Reza sedang mengebet lembar demi lembar buku dihadapannya yang bertulisan arab.

Anissa berfikir sejenak logikanya seperti menerima alibi Reza, Ia menoleh kearah buku yang sejak tadi diperhatikan oleh Reza.

“ Sedang membaca apa kamu, serius sekali…” Ucap Anissa, reza yang ditanya mendongkak denagn raut prustasi.

“Owwhh ini, aku sudah beberapa kali memahaminya tapi sulit…” Kata Reza sambil menyerahkan buku itu ketangan Anissa, Anissa menerim buku berukuran quarto itu dengan penasaran.

Iqro… kamu membaca Iqro jilid dua…” Kata Anissa dengan mata setengah tak percaya yang langsung Diangguki cepat oleh Reza.

“ Sejak kapan…”Lanjut Anissa lagi sambil menatap wajah Reza dalam-dalam.

“ Sejak semalam…” Ucap Reza singkat.

Apa yang di tulis Reza semalam itu adalah buku-buku tentang islam,  seperti tata cara shalat wajib dan sunah, memabca cepat dan mudah Al-Qur’an, Iqro jilid satu sampai tiga, semalam suntuk Ia belajar sholat dan mengaji bersama mas Anang, dengan sabar dan tekun Mas Anang mengajarkan apa yang Ia tahu pada Reza, banyak sekali kejadian-kejadian ajaib yang Reza rasakan, setiap lidahnya mengucap doa-doa sholat, karena kata Mas Anang segala bacaan Shlolat adalah doa, sholat juga sebagai wahana atau media hamba berdialog denagn TuhanNya hati.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang