Like Daughter and Father

3.2K 142 10
                                    

Anissa tengah berdiri di depan pintu ruangan Pak Rizal, director utama PT Mumtaz Cooperation, laki-laki blasteran indo-arab itu masih terlihat gagah dan berkarisma meski usianya sudah tak lagi muda  garis-garis ketampanannya tak hilang begitu saja, kulit cokelat, hidung mancung menjadi khas utama bentuk wajahnya, meski rambutnya tak lagi hitam tapi itu sama sekali tak mengurangi kegagahan Pak Rizal Ia masih terlihat muda dari usianya yang sebenarnya Lama Anissa termenung.

Ia memandangi pintu besar itu dengan perasaan campur aduk, dengan meneguhkan hati Ia mulai mengetuk pintu itu dengan pelan, namun belum juga ada sahutan dari dalam, Ia kembali mengetuk pintu pelan namun hasilnya masih sama seperti tak ada tanda-tanda kehidupan didalam sana.

“Apa Pak Rizal sudah pulang ya” Gumam Anissa dalam hati.

“Alhamdulillah selamat-selamat hari ini aku tidak bertemu Pak Rizal Semoga saja nanti malam tidurnya jatuh terus kepalanya kepentok lupa deh dengan kejadan hari ini” Kata Anissa melangkah menjauhi pintu ruang director sambil mengelus dadanya beberapa kali.

“Hmmmm! owhhh jadi begitu ya” Kata suara berat seseorang dari belakang Anissa, sontak saja seketika tubuh Anissa menegang, kakinya seperti dilumuri semen keras yang membuatnya sulit untuk bergerak Terdengar langkah kaki semakin mendekatinya, Anissa seperti merasakan kehadiran mahluk halus yang berdiri tepat dibelakangnya hingga semua bulu kuduknya berdiri.

“Jadi kamu mendoakan saya seperti itu ya Niss hmm” Kata orang itu yang tak lain adalah Pak Rizal.

“Ehhhhhh Ba-Pak” Kata Anissa gugup setengah mati, Ia tidak tahu harus bicara apa lagi, kakinya yang tadinya keras bagai batu, kini seolah tak bertulang, Ia berharap ada seseorang yang mau menenggelamkan dirinya dilaut dari pada harus menghadapi Pak Rizal yang beralis tebal itu yang kini tengah  menatapnya dengan tajam, atau paling tidak ada seauatu yang mengalihkan perhatian beliau padanya saat ini.

“Hahahahahahahhahahahhah!” Terdengar suara tawa menggelegar dari Pak Rizal, Ia tertawa terpingkal-pingkal bahkan sampai memegangi perutnya yang agak buncit, tak hanya itu wajahnya sampai merah padam, sementara Anissa hanya terpaku bengong tak mengerti dengan kejadian yang baru saja Ia lihat Pak Rizal yang selalu Ia lihat berpenampilan cool, kalem, kharismatik kini jadi sosok berbeda dihadapannya.

“Ekspresi kamu itu loh Niss Hahahahahaa” Kata Pak Rizal yang masih belum juga ada tanda-tanda akan mengaakhiri tawanya.

“Okkk sudah! Ayo keruangan saya ada hal penting yang ingin saya sampaikan” Kata Pak Rizal serius setelah Ia bisa menguasai dirinya lagi Namun kata-kata serius Pak Rizal malah semakin membuat hati Anissa dar der dor tak menentu, bukan tubuhnya saja yang bergetar tapi hatinya juga seolah terkena sengatan listrik berpuluh-puluh Volt kekuatannya, hingga membuat dirinya mati rasa.

“Ayo Niss! ngapain kamu diam saja disitu” Kata Pak Rizal lagi mencoba menarik kesadaran Anissa yang entah berlayar kemana Anissa yang disentak akhirnya mengikuti langkah Pak Rizal menuju ruangannya.

“Ok, masalah pertamaTolong kamu cicipi teh ini! “ Kata Pak Rizal lebih serius.

Dengan hati tak menentu Ia meraih teh yang ada dihadpan Pak Rizal kehadapannya, teh yang menurutnya sama sekali tak tersentuh oleh Pak Rizal.

“Bagaimana tehnya menurutmu Niss enak?” Kata Pak Rizal setelah Anissa usai mencicpi teh buatanya, Anissa menyerengit merasakan rasa yang aneh dari teh buatannya.

“Hehhheh! Asin Pak” Kata Anissa lalu membenamkan kepalanya dalam-dalam menatap marmer yang memantulkan wajah ketakutannya  karena tak berani memandang wajah Pak Rizal Ia memintal-mintal jemarinya tanda sedang gugup hebat.

“Memang stok gula di perusahaan ini sudah habiskah Niss?” Ucap Pak Rizal pelan

“Be… Bebelum Pak“ Kata Anissa semakin gugup, keringat dingin mulai membanjiri keningnya meskipun ac di ruangan Pak Rizal terasa dingin.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang