True Love!

1.4K 96 1
                                    

Sudah tiga bulan berlalu, sudah tiga bulan menunggu, sudah tiga bulan waktu seolah pilu, waktu yang penuh harap akan datang keajaiban itu terjadi, waktu yang menjadikan cahaya hidupnya seolah padam dalam pekatnya penantian panjang, tiga bulan keadaan seperti masih melewati hari dan waktu yang sama.

Kesedihan, air mata dan penyesalan belum mau beranjak juga dari benaknya, tiga bulan Ia berharap ini hanya mimpi, sekedar bunga tidur tapi sekuat apa pun Ia menolak kenyataan tanpa belas kasih menyeretnya dalam kepahitan.

Penampilan Reza banyak berubah, dulu Dia selalu mengutamakan penampilannya kini jauh berbeda dari dia yang dulu, wajah sedikit hitam, rambut mulai panjang, bukan hanya rambutnya yang panjang, tapi janggut dan kumisnya pun ikut tumbuh liar diwajahnya. Reza memandangi wajah Anissa dalam-dalam, mencari senyuman yang dulu selalu merekah disana, tapi tak Ia temukan lagi, kenangan manis yang pernah Ia lewati dengan gadis polos itu bermunculan mulai menyesakan dadanya dan perlahan-lahan mulai membuatnya sulit untuk bernafas. Sebuah ketukan pintu membuat pandangan Reza beralih.

"Maaf pak, saya mau membersihkan tubuh Ibu Anissa" ucap seorang suster.

"Biar saya saja suster" ucap Reza sembari mengambil alih wadah stenlis dan dua handuk bersih dalam satu baki itu. Suster itu mengangguk lalu menyerahkan pekerjaanya pada Reza. Setelah suster yang merawat Anissa pergi, Reza mulai membersihkan tubuh Anissa, Ia merendam handuk itu hingga setengah kering,  dimulai dari wajah Reza membersihkan dengan begitu telaten, gerakan tangan Reza terhenti ketika tangannya berhenti pada sekitar kelopak mata Anissa.

"Niss, sayang bangun...! Apa kamu tidak lelah terlalu lama tidur, apa kamu tidak merindukanku, apa kamu tidak rindu memarahiku, tidak rindu menendang kakiku, tidak rindu bertengkar denganku, lihat tanganku kasar, kukuku hitam, ayo marahi aku Niss, marahi aku seperti dulu, atau ini kamu paling benci aku berjanggut panjang dan berkumis tebal, kamu tidak mau memarahiku...hah, kamu boleh memarahiku sepuasnya, kamu boleh memakiku sampai puas, tapi tolong bicaralah, bicaralah padaku Niss, ini sudah tiga bulan kamu tidur, ini sudah tiga bulan Niss, bangun sayang? Bangun...!" ucap Reza dengan penuh berurai air mata sembari mengusapkan tangan Anissa pada wajahnya. Reza memejamkan matanya penuh kerinduan. 

"Bangun Niss, aku rindu kamu, aku sangat merindukan kamu" ucap Reza, Ia mengecup jemari Aniss penuh cinta, Reza terkejut ketika Ia kembali hendak mengelap wajah Anissa, ada air mata yang jatuh diujung matanya.

"Niss, kamu mendengarku'kan, bangun sayang, buka matamu! Lihat aku, aku disini..." ucap Reza dengan nada haru.
Perlahan-lahan Ia mendekatkan wajahnya ketelinga Anissa.

"Aku mencintaimu, aku menunggumu...” Bisik Reza.

Ia tak sanggup menahan debaran jantungnya yang terasa amat sangat menyesakan dadanya, rasa pilu dan nyeri seolah menjalari sekujur tubuhnya, Reza terisak, ia kembali rapuh melihat orang yang paling berharga dalam hidupnya, bukan! Bukan hanya sekedar berharga tapi juga nafas hidupnya hingga saat ini masih tak sadarkan diri.

"Allah....! Allahu Rabby...! Allah..." ronta Reza mencari kekuatan untuk menguatkan kesedihannya sembari mencengkram sprei kuat-kuat.

"Hmm... Za!" Kata seseorang dari arah belakang sembari mencengkram bahu Reza, Reza menolehkan pandangannya setelah Ia menghapus jejak-jejak airmatanya.

"Zan! Daf! " ucap Reza datar dengan senyum getir. Keduanya pun sama membalas senyuman Reza dengan makna yang sama.

"Bisa kita bicara di Cafetaria, ada seseorang yang ingin bertemu dengan kita" lanjut Fauzan, Dafa hanya mengangguk mengiyakan kalimat Fauzan.

"Aku akan menyusul setelah menyelesaikan pekerjaanku!"

"Baiklah! Kami tunggu, diluar sudah ada Bu Marni, Luna dan Mamamu yang akan mengantikanmu menjaga Anissa"
Dafa kini angkat bicara.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang