R. a. i. n

14.4K 323 19
                                    


Seorang pemuda berlari menuju sebuah kedai malam itu, hujan mengguyur begitu derasnya sampai-sampai tubuhnya basah kuyup, halilintar bersahutan seolah membelah langit, tubuhnya menggigil menahan dinginnya udara, buku-buku tangannya memutih terasa kebas, Ia memanggil pelayan kedai dengan mangangkat tangan kanannya

"Mbak! Saya pesen sate ayam, nasi putih, minumnya teh hangat" Pesannya dengan sesekali mengeretakan giginya menahan dingin, sementara itu terlihat sang pelayan menulis pesanan pemuda itu.

"Ada lagi Pak" Tanya sang pelayan sebelum beranjak pergi

"Hmmm Ada handuk kering atau apapun yang bisa mengeringkan rambut saya" Katanya lagi

"Ada Pak, kalau begitu saya ambilkan sebentar" Kata sang pelayan yang diangguki dengan sebuah senyuman pemuda tadi.

Sang pelayan benar-benar pergi dari hadapannya, tak menunggu lama baginya karena kini dihadapannya telah tersedia handuk kecil dan segelas besar air teh manis hangat Sementara untuk pesanan makanannya Ia harus menunggu sedikit lebih lama. Ia mengusap rambutnya yang sudah kusut hingga benar-benar kering, lalu termenung memandangi luar yang masih hujan deras, entah apa yang Ia fikirkan yang jelas hujan itu seperti terus memanggil namanya dan perlahan-lahan memasuki dunia yang tak bisa di jamah oleh siapa pun, Entah berapa waktu lama Ia habiskan untuk melamun hingga tak sadar kalau pesanannya telah tersaji dimeja makan

"Silahkan Pak" Kata sang pelayan mempersilahkan pemuda tadi untuk menikmati hidangan yang tersedia di meja

"Ohh iya! Terima kasih" Ucapnya gugup karena ketahuan bengong Pelayan itu hanya tersenyum dan melirik pemuda tadi memcoba menarik perhatiannya.

Ia bukan tidak mengetahui pelayan itu mencoba menarik perhatiannya, Ia hanya acuh tak perduli akan sikap manja sang pelayan, Ia mulai memasukan sendok demi sendok nasi yang tersedia di piring beralaskan daun pisang serupa dengan sate ayam disamping kanan nasinya.

Pelayan itu pergi dengan raut wajah kecewa yang jelas terlihat diekspresinya karena di acuhkan, sementara pemuda tadi hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap si pelayan lalu kembali fokus menikmati santapannya, di kedai nasi itu memang tidak terlalu banyak pengunjung hanya sebagian saja yang memenuhi kursi-kursi ruangan, Dia duduk di dekat jendela sambil menikmati derai air hujan yang belum juga reda, matanya menelisik menatap jauh kedepan, seorang Ibu dan anak duduk berdampingan di teras kedai nasi dengan pakaian basah kuyup, hatinya seperti terenyuh hingga memaksanya untuk melangkah kearah mereka yang Ia yakini Ibu dan anak yang kedinginan itu setelah izin untuk keluar sebentar pada pelayan kedai tadi.

"Hallo adik manis!" Sapanya setelah berdiri tepat di belakang mereka dengan setengah berjongkok, Ibu dan anak kecil yang merasa terpanggil langsung mendongkak menoleh kearahnya.

"Maaf Bapak siapa" Kata Si Ibu sambil menyembunyikan anaknya kedalam dekapannya, yang ada dalam fikiran Ibu itu sekarang orang yang ada dihadapannya adalah penculik anak yang dijadikan pengemis dijalanan.

" Saya Reza, saya juga sedang berteduh di disini" Katanya memperkenalkan diri dengan menanpilkan senyum termanisnya sembari memamerkan deretan gigi putihnya yang berjejer rapi.

"Adek lapar?" Tanya pemuda itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Reza lembut pada si anak yang masih dalam dekapan ibunya menunjukkan ekspresi ketakutan

"Tidak! Kami tidak lapar" Kata ibu itu dengan masih punuh kewaspadaan Maksud hati ingin berbohong apalah daya perut berkhIanat, terdengar teriakan perut si Ibu berteriak minta di jatah, begitu pun dengan si anak yang tak bisa menyembunyikan rasa laparnya, wajah Ibu itu merah padam menahan malu sementara Reza hanya tersenyum geli

"Ayo masuk! kita makan bersama"Ajak Reza

"Tidak terima kasih Kami sudah terbiasa menahan lapar" Kata Si Ibu itu kekeuh tidak mau menerima ajakan Reza

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang