Shocked!

1.7K 98 1
                                    

“hah... Akhirnya pekerjaan kita selesai juga” kata seseorang sembari merentangkan tangannya lebar-lebar seakan mencoba meluruskan tulang-tulangnya yang terasa bengkok. Dua orang disampingnya hanya mengangguki kata-katanya dengan melakukan hal yang sama dengannya, mereka adalah Anissa, Eva dan Intan yang tengah beristirahat di Pantry.

“Astagfirullah, kepalaku sakit sekali” ucap Anissa yang merasakan kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit.

“hari ini sangat melelahkan ya Niss” ucap Intan lalu beranjak meninggalkan mereka berdua menuju dispenser.

“Niss kamu tidak apa-apa” ucap Eva yang duduk tepat berada disampingnya.

“Iya, aku tidak apa-apa, mungkin hanya masuk angin”

“kamu yakin Niss, liat wajahmu pucat” ucap Intan sembari menyodorkan air minum kehadapan Anissa, Anissa menerimanya dengan sebuah senyuman seolah mengucapkan terima kasih.

Ia menenggak minumannya hingga tandas, sesuatu terjadi pada dirinya kepalanya terasa berputar-putar, wajahnya seperti tak berdarah setetes pun, ada dorongan dari dalam hingga mulutnya terasa asam bercampur pahit, Anissa berlari menuju washtafael menumpahkan seluruh isi perutnya, Eva dan Intan langsung mengejar Anissa yang terlihat begitu lemas.

“Niss, kamu istirahat saja, bila perlu pulang saja” ucap Intan sambil memijat tengkuk Anissa.

“Iya Niss, muka kamu pucat sekali, lebih baik kamu pulang saja ya” Ucap Eva dengan ekspresi semakin khawatir.

“aku baik-baik saja Va, Tan.. aku masih kuat koq”

“ Sudah jangan melawan, kali ini kamu harus mendengarkan kata-kata kami“ kata Intan.

Tubuhnya memang tidak bisa di katakan baik-baik saja, tubuhnya sejak pagi memang sudah aneh sejak tadi Ia berangkat kerja.

“baiklah, aku akan mengambil tas dulu, tapi apa kalian tidak apa-apa aku tinggal sekarang”

“justru kalau kamu disini Niss, kamu akan membuat kami kerepotan” ucap Eva dengan senyum hangat.

“Dasar...” kata Anissa sembari memukul tangan Eva sayang. Anissa lalu berjalan dengan langkah sedikit terhuyung karena kepalanya terasa berdenyut sakit. Anissa mengambil tas slempangnya.

“tadi perasaan ada yang jatuh” ucapnya sembari memperhatikan sekelilingnya, karena kepalanya yang pusing Ia tak begitu awas memperhatikan sekelilingnya.
“mungkin hanya perasaanku saja” kata Anissa sembari memegangi kepalanya yang semakin terasa berputar.

“Niss kamu cari apa” tanya Intan yang baru keluar dari kamar mandi di ikuti oleh Eva.

“tidak, aku tidak mencari apa-apa, aku pulang duluan ya” ucap Anissa yang diangguki oleh Eva dan Intan.

“ Sekali lagi maaf ya, karena kondisiku seperti ini aku jadi merepotkan kalian” kata Anissa lagi sebelum pamit sembari memeluk Eva hangat.

“tidak apa-apa yang penting kamu sehat saja dulu“ Ucap Eva sambil mengusap punggung Anissa.

Ketiganya berpisah dengan meninggalkan sepatah kata salam. Dengan langkah sedikit terhuyung karena kepalanya sedikit berdenyut sakit. Anissa berdiri di tepi trotoar menunggu angkot yang biasa membawanya ke kantor, kontrakannya yang sekarang membuatnya harus dua kali menaiki angkutan umum untuk bisa sampai kantor, cukup lama Anissa berdiri dengan sesekali terus memegangi pelipisnya yang sakitnya semakin menjadi.

Angkot yang di tunggu pun akhirnya muncul juga, Ia duduk di jok bagian paling belakang sembari menyandarkan kepalanya di kaca mobil mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya.  Pemberhentian pertama Anissa sampai, baru saja Ia menginjakan kakinya di aspal matanya mulai buyar, semakin gelap dan gelap hingga Ia jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Orang-orang yang ada disekelilingnya berhambur menuju tubuh Anissa yang tergeletak tak sadarkan diri.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang