Change

2.5K 121 0
                                    


Reza rebahan di tempat tidurnya dengan perasaan tak menentu, rasa sakit dan bahagia menajdi satu didalam hatinya, sesekali Ia mengusap kakinya yang masih membiru sambil senyum-senyum tidak jelas, terlintas bagaimana Anissa memperlakukannya dengan lembut, bukan hanya itu setiap ekspresi kesal dan marah Anissa memang selalu Ia rindukan.

“ Sedang apa Anissa malam ini, apa Dia sudah tidur… “ Ucap Reza dalam hati.

Tangannya meraba setiap penjuru selimutnya mencari smartphonenya, Ia tersenyum lebar melihat wallpaper handponnya, disana terpampang jelas fhoto Anissa yang tertidur dibahunya tadi sore, Ia terus memandangi dan mengelus LCD ponselnya, namun ada sesuatu yang mengganjal fikirannya, kata-kata Fauzan di Clinic kembali berdengung di kepalanya.

“Apa benar selama ini Anissa tinggal di rumah Fauzan…” Tanya Reza pada dirinya sendiri.

“Brengsek kamu Fauzan, lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu kalau kamu mengambil Anissa dariku…”Geram Reza, suara hatinya berteriak kencang mencemoohnya.

“Milikmu, memang kamu fikir kamu siapa hah, Dia hanya pacar bayaranmu saja, jadi kamu tidak punya hak apa pun atas Anissa, termasuk melarangnya dekat seseorang termasuk Fauzan…” batinnya.

Reza menggelengkan kuat-kuat mengusir suara – suara sumbang di kepalanya.

“Kamu fikir kamu bisa mendapatkan Anissa sebaiknya kamu bercermin Reza, kamu hanya seorang pembunuh yang tidak layak di maafkan, dan sekarang kamu berharap ingin memiliki gadis sebaik dan selugu Anissa, Tuhan pasti sedang tertidur kalau hal itu terjadi…” Ucap batinnya lagi.

“Diam kamu! Diam jangan bicara lagi…” Ucap Reza sambil menggelengkan kepalanya keras-keras sambil memukul-mukul dadanya.

“Lihat dirimu, lihat! jika kamu ingin memiliki Anissa, kamu harus mengalahkan Fauzan bukan dengan otot, bukan dengan kekayaan tapi akhlak, mulai basuh wajahmu dengan air wudhu dirikan apa yang sejak dulu kamu tumbangkan, waktu wajibmu yang dulu kamu tumbangkan harus kamu dirikan kembali, labuhkan cintamu kepadaNya, maka kau akan mendapatkan Anissa, atau setara dengan Anissa dan yang paling terpenting adalah cinta Tuhanmu, cinta dari segala cinta, percaya padaku kamu tidak akan kecewa karena mencintaiNya” Lanjut batinya yang seolah menggedor pintu hati Reza.

Setitik air mata jatuh disudut matanya, apa yang hatinya katakan memang benar, Ia dan Fauzan memang sangat jauh berbeda, Fauzan bagai air yang tenang namun tetap menghanyutkan, sedang Ia seperti api yang berkobar bahkan bisa melukai siapa pun, termasuk Anissa.

Ia teringat kembali Dialognya bersama Anissa tempo hari kalau Ia sama sekali tidak masuk dalam hitungan menjadi calon suaminya, harta dan ketampanan yang sangat Ia banggakan sama sekali tidak berguna di hadapan Anissa, Anissa berbeda dari sekian banyak gadis yang ditemui olehnya, gadis yang sama sekali tidak pernah melihat Ia dari materi dan fisik tapi gadis hanya melihat  sekuat apa laki-laki yang akan Ia pilih menyandarkan cintanya pada RabbNya.

“Mas Anang bisa ke Kamar saya…” Ucap Reza lewat telepon pada orang kepercayaannya perdebatan antara otak dan batinnya usai, setelah berucap seperti itu Ia langsung memutuskan pembicaraanya dan mengambil secakrik kertas dan pulpen, jari-jaarinya yang panjang menari indah diatas kertas putih menuliskan sesuatu. Tak berapa lama kemudian Mas Anang datang, dengan tubuh tegap dan wajah datar tanpa ekspresi menjadikan Ia disegani oleh siapapun tapi dibalik wajahnya yang keras tersimpan hati yang lembut melebihi sutra

“Ada apa  tuan muda memanggil saya” Kata Mas Anang yang sudah berada di dekat Reza yang membelakanginya.

“Aku ingin mas Anang membelikan ini untuku…” Kata Reza sambil memberikan secakrik kertas yang tadi Ia tuliskan sesuatu diatasnya, Mas Anang menerimanya, Iacukup terkejut melihat tulisan yang Ia lihat.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang