Another Figure!

2K 98 3
                                    

Fauzan terpaku melihat Reza yang kini berjalan kearahnya, ada rasa takut dalam dirinya kalau-kalau apa yang Ia ucapkan tadi didengar Reza yang sejak tadi berdiri di dekatnya.

“Zan” ucap Reza setelah Ia benar-benar berdiri di hadapan Fauzan, Fauzan makin menelan ludahnya yang makin lama semakin terasa sangat pahit.

“ada apa,  kenapa kamu menangis?” lanjut Reza.

“aku, aku tidak menangis. Ini hanya kelilipan” Elaknya, Ia mencoba menetralisir debaran jantungnya yang terasa lebih cepat.

“Reza tak mendengar apa yang aku ucapkan tadi kan” Gumam Fauzan dalam hati, sembari menatap Reza lekat-lekat penuh kekhawatiran.

“kenapa kau menatapku seperti itu” Ucap Reza karena menyadari Fauzan sedang memperhatikannya dalam-dalam.

“tidak, kenapa aku memperhatikanmu, seperti tidak pemandangan lebih indah saja”
“hemm, sepertinya kamu sudah bosan hidup ya” ucap Reza sembari mengepalkan tangannya dengan senyuman lepas.

“kamu ingin menemui Anissa ya?” tanya Fauzan menanyakan perihal kedatangan Reza, walau sejatinya Ia tak perlu menanyakan hal itu. Reza hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Fauzan.

“kau sendiri” Reza balik bertanya

“ Sama, tadi siang Anissa meneleponku untuk mengambil kuenya” ucap Fauzan memberi alasan, Reza mengangguk mengerti.

“kalau begitu ayo temui dia”Ajak Reza. Fauzan mengikuti langkah besar Reza namun baru saja beberapa langkah mereka berjalan pintu lift berdenting tanda ada seseorang yang berhenti di lantai yang sama. Reza dan Fauzan menoleh kearah lift secara bersamaan, setelah pintu lift terbuka disana berdiri Dafa yang sedang menenteng jas ditangan kanannya.

“Asalamualaikum, Za, Zan” safa Dafa dengan senyum hangat.

Reza dan Fauzan saling berpandangan menatap bingung satu sama lain, seorang Dafa Arga Wiguna mengucap salam saat bertemu dengan dua sahabatnya, moment yang harusnya diabadikan dan direkam lalu di meseumkan katagori moment terlangka indonesia.

“asalamualaikum” Dafa mengulangi salamnya karena Reza dan Fauzan tak menjawab salamnya.

‘wa’alaikumsalam” ucap Reza dan Fauzan bersamaan sembari tersenyum konyol.

“Zan, aku tidak mimpi kan” ucap Reza masih dengan kebingungan.

“aku juga tidak mimpi’kan Za”Fauzan mengeluarkan reaksi yang sama.

“kenapa reaksi kalian seperti itu, apa aku harus membakar kantor ini agar kalian percaya apa yang tadi aku katakan” Dengus Dafa kesal karena melihat keduanya masih terbengong-bengong melihatnya aneh.

“enak saja, kalau kantormu boleh saja tapi tidak dengan kantorku” ucap Reza. Lalu ketiganya tertawa hangat sembari melangkah menuju pantry.

Fauzan berhenti memandangi pintu lift, sebagian besar kata hatinya menyuruhnya untuk segera menyusul Anissa dan menanyakan tentang obat yang sekarang ada dalam sakunya, benarkah itu miliknya atau milik orang lain, tapi tidak mungkin Ia meninggalkann Reza dan Dafa, hatinya bimbang dan gelisahh memikirkan keadaan Anissa saat ini.

“apa yang harus aku lakukan, memberi tahu Reza tentang masalah ini, atau menyembunyikanya, tapi aku takut Reza akan meninggalkan Anissa” Gumam Fauzan lagi kini pandangannya beralih dari pintu lift ke punggung besar Reza dan Dafa yang tengah mengobrol.

“Zan, ayo kamu sedang apa disana?” seru Reza yang baru menyadari kalau Fauzan tak bersama mereka. Fauzan tak menjawab Ia melangkahkan kakinya lebar-lebar menyusul Reza dan Dafa.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang