Last Message!

1.4K 84 8
                                    

Reza diam terapku melihat mobilnya yang terbalik hancur ringsek tak berbentuk, asap keluar dari bagian mesin mobil.

"Anissa.... Anissa....!" ucap Reza menguatkan hatinya sembari berlari kencang kearah mobil, rasa sakit bahkan darah dikepalanya tak Ia hiraukan sama sekali.

"Anissa... Anissa..." ucap Reza sembari mencari keberadaan Anissa.

"Anissa.... Niss..." teriak Reza setengah histeris ketika mendapati tubuh Anissa diam tak bergerak. Reza mencoba membuka pintu mobil yang terkunci.

“ Sial...." maki Reza berulang kali, entah memaki siapa. Reza membuka kemejanya lalu melilitkan kemeja tadi ketangannya, pukulan keras beberapa kali Ia hujamkan ke kaca mobil yang retak. Dan terakhir kali akhirnya "brak" kaca mobil hancur berkeping-keping, Reza mengangkat tubuh Anissa yang berlumuran darah, terlebih dikepalanya. Reza terus berlari menjauhkan Anissa dari area yang menurutnya aman.

"Anissa.. Niss, sayang bangun aku mohon, buka matamu... Anissa kamu bisa mendengar suaraku.. sayang, jangan membuatku takut buka matamu" uap Reza dengan terus mengangkat tubuh Anissa yang tergelak tak bergerak.

"Niss. Bangun sayang? Bangun" ucap Reza sembari menepuk-nepuk pipi Anissa, setelah Ia meletakan tubuh Anissa di pinggir jalan.

"Mas Anang!"

Reza mulai tersadar kalau bukan hanya Anissa yang ada didalam mobil, Reza kembali berlari mengejar tubuh Mas Anang yang duduk dikursi kemudi.

"Mas Anang? Mas, bangun! Bangun"
Mas Anang mengkerejapkan membuka matanya perlahan, wajahnya tak kalah parah dari Anissa ada beberapa pecahan kaca yang tertancap disana.

“ Syukurlah..." ucap Reza penuh kelegaan.

"Ayo kita keluar" ucap Reza sembari menarik tubuh Mas Anang. Entah apa yang terjadi pada tubuh mas Anang, Ia seolah terpaku disana. Reza mulai panik kembali, Ia menarik tubuh Mas Anang kembali sekuat tenaga, Mas Anang meringis kesakitan.

"Ayo mas sekali lagi" ucap Reza, Mas Anang hanya menggeleng tanda penolakan.

"Cukup tuan muda, jangan melakukan hal yang sia-sia!" Ucap Mas Anang lemah. Reza terdiam.

"Cukup... sebaiknya tuan muda cepat menjauh, mobil ini akan meledak"

"Karena itulah kita harus keluar dari mobil Mas" ucap Reza bersikeras. Lagi mas Anang menggeleng.

"Kaki saya jerjepit, mungkin hancur, dan ini" kata Mas Anang menunjukan bagian pinggangnya yang tertusuk kaca pintu mobil. Reza terbelalak melihat luka tusuk mas Anang yang parah.

"Mas Anang!" Reza tak mampu berkata apa-apa, suaranya hanya diwakili oleh air mata yang menderas.

"Jangan menangis, aku senang bisa mati dengan keadaan seperti ini, keadaan dimana aku rela berkorban untuk orang-orang yang paling berharga di hidupku, tuan muda tahu'kan aku sudah tidak punya orang tua dan saudara dari kecil. Tapi Allah begitu baik padaku. Dia kirimkan seorang anak yang arogan, keras kepala tapi cengeng"

"Mas Anang! Mas boleh mengataiku apa saja setelah mas anang keluar dari sini”Air mata Reza semakin menderas tak tertahan.

"Tuan muda? Boleh saya meminta satu permintaan" ucap Mas Anang mulai payah berkata, namun senyumnya tak Ia lepaskan dari bibirnya, matanya seolah sudah menunjukan kelelahan yang teramat sangat.

"Mas anang!" Hanya itu kata yang keluar dari mulut Reza. Ia hanya bisa menangis dan menangis tiada henti.

"Tuan muda mau'kan? Anggap saja ini permintaan saya yang terakhir, tolonglah... selama saya bersama tuan muda saya tidak pernah meminta apa pun kepada tuan muda, iya'kan, untuk kali ini saja tolong penuhi permintaan saya"

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang