I Will Not Go Away and Hide!

1.8K 89 0
                                    


Mata Anissa mengkerjap, Ia rasakan kepalanya berdenyut sakit, Ia memperhatikan sekelilingnya dengan kesadaran yang coba Ia kumpulkan.

"Dimana ini, dan aku kenapa!" ucapnya dalam hati sembari terus menyapu sekelilingnya yang Ia yakini di sebuah kamar yang asing baginya dan merasakan tangannya yang terasa kebas karena sebuah jarum infus menempel di pergelangan tangannya. Ia mendengar ada dengkuran halus di sampingnya, wajahnya tak begitu jelas karena pencahayaan di kamar itu hanya memakai lampu temaran.

"Hey Niss, kamu sudah bangun...?" kata orang itu yang ternyata merasakan gerakan Anissa disampingnya lalu duduk disamping Anissa.

"Mbak Hellen, aku di rumah mbak Hellen ya, memang apa yang terjadi padaku" tanya Anissa, setelah Ia melihat jelas siapa perempuan cantik yang kini duduk disampingnya.

"iya! Sekarang kamu ada dirumahku Niss, tadi aku menemukanmu pingsan..." ucap Hellena sembari membenarkan rambutnya yang kusut dengan mengikatnya.

"pingsan, benarkah...?" kata Anissa setengah tidak percaya, Hellena hanya mengangguk menjawab pertanyaan Anissa.

"tapi tenang saja, kata dokter kamu sudah tidak apa-apa. Kamu hanya dehidrasi karena terlalu kelelahan..." terang Hellena dengan menjuntaikan kakinya ketepi ranjang.

"maafkan aku mbak, aku merepotkan mbak"

"tidak perlu berterima kasih untuk sebuah kewajiban. aku senang bisa menolongmu, sangat senang..."

"terima kasih mbak, aku berhutang budi pada Mbak"

"kamu itu bicara apa sih Niss, sudah aku bilang aku senang membantumu, jadi jangan seperti itu" ucap Hellena dengan senyum hangat.

"mbak mau kemana?" tanya Anissa yang melihat Hellena yang hendak beranjak dari duduknya.

"aku aku mau kedapur" jawab Hellena, karena tidak ada kalimat lanjutan dari Anissa Hellena melanjutkan niatnya untuk pergi kedapur.

"mbak.." panggil Anissa setelah Hellena hendak pergi.

"ini jam berapa"

"jam dua malam"

"kamar mandi dimana ya...?"

"kamar mandi! Kamar mandi itu disana?' tunjuk Hellena pada sebuah pintu di ujung kamarnya, Anissa mengangguk mengerti.

"ada lagi yang ingin kamu tanyakan Niss?" tanya Hellena, Anissa menggeleng cepat karena Ia merasa tidak enak banyak bertanya, Hellena meninggalkan Anissa dengan sebuah senyuman hangat, setelah Hellena tak terlihat terhalang pintu Ia melepas jarum infus yang ada di pergelangan tangannya, Ia sebentar memperhatikan pergelangan tangannya yang agak bengkak, lalu menjajakan kakinya kelantai, baru saja Ia hendak berjalan matanya tiba-tiba gelap dengan kepala yang terasa sangat berat, seperti ada palu dengan berat berton-ton menghantam kepalanya higga membuat Ia jatuh dan roboh dikasur.

"astagfirullah, kepalaku...!" ucap Anissa sambil memijit pelipisnya, perlahan-lahan Anissa bangkit kembali meski dengan langkah terhuyung karena bumi seolah terbalik seratus delapan puluh derajat akhirnya Ia bisa meraih knop pintu kamar mandi, setelah masuk Ia diam sejenak memandangi tetes demi tetes air yang keluar dari kran, setelah keadaan kepalanya lebih baik barulah Anissa menghidupkan krannya dan berwudhu, air dingin membasuh permukaan kulit wajahnya yang terasa panas, Anissa kembali menuju tempat tidurnya mencari alas yang bisa dipakai untuk sholat. Ia memang selalu membawa mukenanya kemana pun Ia pergi karena Anissa bisa menjamin kebersihan benda paling penting itu dari najis baik yang terlihat mau pun yang tidak terlihat, soal sholat bukan hanya harus hati saja yang khusuk tapi juga tempat dan mukenanya pun harus terjaga kebersihannya, kalau keduanya cacat maka cacat pula sholatnya.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang