I'm Here, With You!

2.1K 114 0
                                    

Anissa masih menangis terisak di kantin rumah sakit Fauzan membawa tubuh Anissa yang hampir tak sadarkan diri karena menahan pukulan berat kejiwaannya, jangankan Anissa Fauzan sendiri tak kuasa menahan sesak didadanya, Dafa beberapa kali mengepalkan tangannya yang bergetar hebat menahan amarah.

"Afikkaaaaa...! Afikaaaa...! kamu harus membayar semuanya, kamu harus membayarnya" Geram Dafa sambil memukul tembok disisi kanannya.

"Niss..." kata Fauzan, Anissa mendongkak menatap Fauzan dengan mata bengkak.

"sabarlah! kuatkan hatimu, jangan menangis lagi..." Kata Fauzan lembut seolah ingin memberikan kekuatan pada Anissa, Anissa bukan tenang malah tangisnya semakin pecah dan menjadi.

"aku tahu ini berat, aku juga merasakan hal yang sama tapi mau bagaimana lagi Kita tidak bisa berbuat banyak " kata Fauzan lagi Anissa tak menjawab hanya derai air matanya yang menjadi isyarat kalau hatinya tak merela ditinggalkan oleh Reza.

"kalian! kalian cari Afika sampai dapat, aku ingin dia membayar atas semua yang ia lakukan pada Reza " ucap Dafa pada seseorang di sebrang, setelah berucap seperti itu ia memutuskan sambungan teleponnya Dafa terpejam dengan ekspresi menahan marah sampai-sampai ia membanting ponselnya sapai hancur berkeping-keping ditengah kalutnya mereka, seseorang datang tergesa-gesa dengan ekpresi tegang menghampiri mereka yang sudah mereka kenal betul gesture tubuhnya, orang itu tak lain adalah Mas Anang yang berjalan setengah berlari.

"Mbak Anissa, Mas Fauzan, Mas Dafa..." Kata Mas Anang dengan nafas tersenggal-senggal seperti habis lari marathon dengan jarak beribu-ribu mil jauhnya. Anissa, Fauzan dan Dafa yang melihat raut tegang mas Anang langsung berdiri menghampirinya.

"Ada apa Mas?" tanya Dafa setelah melihat Mas Anang sudah bisa mengatur degup jantungnya.

"anu Mas, Mbak... jasad Tuan muda..." kata Mas Anang masih dengan mencoba menormalkan detak jantungnya.

"iya ada dengan jasad Reza..." kata Fauzan tak sabaran.

"jasad Tuan Muda menghilang..." kata Mas Anang, yang membuat Anissa, Fauzan dan Dafa menegang karena terkejut.

" menghilang, menghilang bagaimana maksud Mas Anang..." kata Dafa tak mengerti.

" Saya juga tidak tahu Mas, tapi yang jelas ketika tubuh Tuan Muda hendak dimasukan kedalam Ambulance sudah tidak ada"

"mungkin Mas Anang salah membawa brankar kali " kata Fauzan berfikir Optimis, Mas Anang langsung menggeleng pasti, sementara Anissa hanya bisa menangis sejadi-jadinya.

"tenang Niss! tenang... kita harus mencarinya " kata Fauzan menenangkan Anissa yang kembali menangis histeris.

"Kita cari Reza, sekarang hanya ada dua kemungkinan. Pertama Mas Anang salah membawa Branker, kedua tubuh Reza ada yang mencuri dan kemungkinan besar adalah Afika..." kata Fauzan membuat sepekulasi.

" kenapa kamu berfikir seperti itu..." kata Dafa tak mengerti alur fikiran Fauzan.

"Kamu tahu betul sifat Afika Daf, sekarang dia sedang diburu oleh polisi, Dia menculik tubuh Reza karena dia tidak mau hancur sendirian. Dia juga ingin kita ikut hancur dan target kehancurannya yang paling utama adalah..." kata Fauzan menggantung kalimatnya lalu menoleh kearah Anissa diikuti oleh Dafa dan Mas Anang.

"Aku..." kata Anissa yang diangguki oleh Fauzan Dafa dan Mas Anang.

" sebaiknya kita bergegas, mereka pasti belum jauh karena pengamanan dirumah sakit ini sudah diperketat" ucap Dafa, yang langsung di angguki oleh Anissa dan yang lainnya.

" keji, dia pasti sakit kalau sampai menghancurkan tubuh Reza" Gumam Anissa dalam hati, sambil berlari dibelakang Fauzan.

Sementara Fauzan menatap lekat-lekat wajah Anissa yang dibalut ketegangan dan kekhawatiran luar biasa. Anissa mengusulkan mereka untuk berpencar, Dia, Fauzan, dan Bu Ely yang sejak tadi menemani Bu Atiya yang pingsan mencari tubuh Reza di parkiran. Sementara Dafa, Bu Marni dan Mas Anang dibantu beberapa petugas rumah sakit mencari Reza di setiap sudut rumah sakit.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang