Don't Let Me Go!

2K 104 5
                                    


"Za kamu yakin jadi pulng hari ini" tanya bu Atiya sambil melipat pakaian Reza kedalam sebuah tas berukuran sedang.

"yakin Ma, memangnya kenpa?" jawab Reza sambil membenarkan kemejanya.

"tidak apa-apa, hanya meyakinkan kamu saja sudah sembuh atau belum" Reza hanya tersenyum senang melihat perhatian Mamanya.

"Semuanya sudah sudah baik-baik saja kan, kepala, bahu juga sudah tidak sakit" tanya Bu Atiya menegaskan pertanyaannya.

Reza sedikit mulai jengah mendengar pertanyaan yang terus berulang-ulang.

"aku sudah tidak apa-apa, luka fisik lambat laun pasti sembuh" ucap Reza sembari tersenyum getir, ia pandangi bahunya yang terasa turun sebelah.

" Sudah jangan sedih lagi, nanti Mama suruh Om Irfan untuk menyuntik kamu, Mau?" kata Bu Atiya dengan nada menggoda, Reza hanya memberengut kesal karena di goda dengan kata suntik, Iya. Reza memang fhobia terhadap jarum suntik dan itu terjadi saat dia masih kecil, saat dimana dulu pemerintah sedang menggalakan program suntik campak, dan dia adalah salah satu yang merasakannya, jarum suntik itu meninggalkan bekas luka yang cukup besar hingga membuatnya demam tinggi, sejak itulah Reza tidak pernah mau berurusan dengan jarum suntik dalam keadaan sadar.

" Sudahlah Ma jangan menggodaku dengan jarum suntik lagi, aku bosan digoda dengan yang itu itu terus" ucap Reza sembari memalingkan mukanya.

"anak Mama tidak berubah ternyata" ucap Bu Atiya sambil menarik pipi kanan Reza dengan gemas, sementara Reza hanya meringis sembari mendengus kesal, walau dalam hatinya Ia tersenyum, ada kehangatan disana, dia merasa senang mamanya sudah banyak berubah, lebih dekat dengannya lebih perduli padanya.

"Mama..." ucap Reza jengah, namun bukannya berhenti Bu Atiya malah semakin keras menariknya.

"MA....." kata Reza terhenti ketika seseorang tengah memperhatikan tingkah mereka, Bu Atiya mengikuti arah pandang Reza, Bu Atiya tersenyum ketika siapa yang di lihat oleh Reza, orang itu adalah Anissa yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Maaf ! aku mengganggu ya?" ucap Anissa canggung.

"tidak Niss, kamu tidak menganggu" Ucap Bu Atiya pada Anissa dengan senyum hangat.

"Mah... Mamah, ini lepaskan dulu" kata Reza sambil meringis kesakitan, Bu Atiya langsung menyingkirkan tangannya dari pipi Reza, Reza hanya menunduk malu ketika melihat Anissa tersenyum padanya, bukan senyuman seperti biasanya melainkan senyuman sarat akan ledekan.

"Anissa sini masuk!" kata Bu Atiya ketiak Ia sudah berada dihadapan Anissa. Anissa hanya menurut.

"nah karena sekarang sudah ada Anissa, Mama pergi dulu menemui papamu sama Om Irfan di ruangannya" ucap Bu Atiya sembari bergegas pergi, Ia tahu setelah Anissa pergi Ia pasti akan kena omel Reza atas perbuatannya yang tadi.

Setelah Bu Atiya tak terlihat, tawa yang sejak tadi ditahan Anissa akhirnya pecah tak tertahan.
"belum puas kamu hah menertawakanku" ucap Reza sembari mendengus kesal dan jengah karena sejak tadi Anissa tidak berhenti menertawakannya.

"belum" ucap Anissa disela tawanya. Reza mendelik kesal seakan menyuruh Anissa berhenti menertawakannya.

"Ma..." Ucap Anissa sembari meletakan kedua tangannya mengikuti gaya Bu Atiya yang tadi dia lihat. Reza semakin kesal bercampur malu.

"aduh perutku sakit..." Ucap Anissa sambil memegangi perutnya, wajahnya memerah karena tawa yang tidak mau berhenti juga, bahkan kini terlihat ada air mata di sudut matanya.

"ANISSA...."Geram Reza sua
h tidak kuat lagi ditertawakan Anissa.

"iya...iya aku berhenti, jangan marah lagi nanti aku tarik pipinya mau" ucap Anissa kembali menggoda Reza dengan menarik pipinya sendiri, Reza hanya mendengus kesal sembari mengeretakan giginya kesal.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang