Unforgivable Mistake

2.1K 121 1
                                    


Reza mengejar Anissa yang kini sedang menaiki taxi, setelah sampai peletaran rumah Anissa barulah Reza bisa menahan Anissa yang kini mulai menangis histeris.

“lepaskan aku! Lepaskan aku, pembunuh…!” teriak Anissa ketika tangan Reza yang dibalut peraban memegang pergelangan tangannya.

“ Niss kumohon dengarkan aku, dengarkan penjelasanku…” kata Reza sambil terus memegangi tangan Anissa kuat-kuat hingga luka di perbanya kembali mengeluarkan darah.

“ Pergi!aku tidak ingin mendengarkan apa pun darimu, aku sangat membencimu…” kata Anissa lagi sembari menghentk-hentakan tangannya yang di pegangi oleh Reza kuat-kuat.

“PERGI…!” teriak Anissa lebih keras, Reza yang terpaku melepaskan tangan Anissa begitu saja, Anissa menatap sekilas mata Rezadengan nnanar Mata yang tidak memancarkan cinta sama sekali seperti yang biasa Ia lihat tapi mata yang sekarang adalah mata penuh kemarahan dan kebecian Mendengar keributan Bu Marni bersama Luna keluar dari rumah, Ia masih menatap Reza yang penuh kekecewaan dan Anissa yang penuh dengan kebencaian secara bergantian dengan bertanya-tanya.

“Ada apa Niss ?” Tanya Bu Marni ketika Anissa berdiri dihadapannya dan memeluk tubuhnya erat, lalu pandangannya beralih pada Reza yang kini berjalan gontai kearahnya, Bu Marni terkejut ketika melihat Reza bersujud sambil memegang kakinya erat-erat sembari sesenggukan.

“Ada apa ini Nak Ejja…” kata Bu Marni yang melihat Reza masih menangis pilu dikakinya.

“ Maafkan Ejja Bu! Maafkan Ejja, Ejja adalah orang yang telah membunh suami ibu…” kata Reza semakin terguncang, “plak “ seperti ada tamparan keras yang menghantam kesadaran Bu Marni hingga membuatnya harus menarik nafas panjang dan berat, dengan kasar Ia melepaskan genggaman tangan Reza yang melingkar dikakinya Lalu masuk membawa tubuh Anissa yang berguncang hebat, Bu Marni tidak bereaksi histeris seperti Anissa entah karena air matanya sudah kering karena seringnya Ia menangis, atau karena kemarahannya yang menggebu hingga sudah tak bisa diungkapkan dengan air mata lagi.

Mereka pergi meninggalkan Reza yang masih menangis dengan posisi masih berlutut sambil menunduk, Bu Marni memandangi tubuh Reza yang masih terisak di depan pintu hingga akhirnya Ia menutup pintu dan menguncinya rapat.

…Cintamu Restumu…

Hampir empat jam Reza berlutut di depan pintu sembari termenung, termenung akan kisah hidupnya yang begitu rumit, merenungi kisah cintanya yang begitu sulit, merenungi hatinya yang begitu sakit, kakinya terasa sudah sangat mati rasa.  Ia bahkan sampai sudah tak mampu berdiri, jangankan berdiri menggerakan jari-jarinya saja sangat terasa sakit “Maaf! Maaf…! “ itulah kata-kta yang selama empat jam mengiringi kepiluanya, Pintu terbuka, Bu Marni berdiri tepat dihadapan Reza dengan Luna berdiri di sampingnya.

“om ganteng tidak boleh nangis” kata Luna polos, bukan Ia tidak mengerti akan maksud kata-kata Reza tentang Dia yang membunuh ayahnya, tapi hati kecil dari gadis kecil itu yang melihat perjuangan Reza untuk mengharap kata Maaf yang membuat hatinya merasa kasihan, Reza mengangkat kepalanya lalu menoleh kearah Luna yang tersenyum manis padanya, Reza tak kuasa menahan derai tangisnya kembali, Ia merengkuh tubuh itu dengan penuh cinta dan penyesalan, melihat Reza menangis sambil memeluknya Luna pun ikut menangis begitu pun denagn Bu  Marni yang tak kuasa menahan laju air matanya.

“Nak Ejja…!” kata Bu Marni setelah Ia berusaha menguasai hatinya, sambil membimbing Reza untuk bangkit, Reza mendongkak menatap wajah Bu Marni yang menatapnya penuh luka Reza bangkit dengan sedikit terhuyung karena kakinya yang terasa sangat kebas.

“Bu! Mafkan Ejja, Ejja tahu meminta maaf saja tidak akan mengembalikan Bapak kedunia ini, tapi Ejja sangat menyesal, Ejja…” Kata Reza yang tak kuasa melanjutkan kata-katanya, pita suaranya terasa putus dan sakit hingga sulit untuk berucap.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang