Away!

2.1K 118 0
                                    

Sudah hampir sebulan semenjak mengetahui kalau Anissa adalah anak korban tabrak larinya Ia seoalah menjaga jarak dengan Anissa, beberapa kali Ia berpapasan dengan Anissa tapi Ia tak pernah sedikit pun menyapanya bahkan Ia terkesan menghindari Anissa, jika saja ada orang yang tahu isinya, mereka akan melihat luka cinta dan kerinduan yang tak tersampaikan yang mendarah-darah dihati Reza.

Ia begitu sangat merindukan apa yang ada pada diri Anissa, senyumnya, tawanya, tingkah konyolnya, senyum malu-malunya serta tendangan dan adu kata yang dulu menjadi kesenangan tersendiri baginya hilang menguap bagai debu yang tertiup badai, hilang tak bersisa Begitu pun dengan Anissa, Ia tak mengerti kenapa semenjak Reza pulang dari rumahnya Ia tidak pernah menghubunginya seperti yang biasa Ia lakukan, Dia mencoba menegaskan dalam hatinya kalau Reza sedang sibuk untuk itulah Ia tidak bisa menghubunginya, namun sisi gelapnya mengatakan apa Ia sesibuk  itu hingga tak punya waktu sedikitpun untuk menghubunginya walau hanya sekedar pesan singkat untuk mengabarinya, Anissa termenung di Pantry memandangi air dinginya yang mengkerut dengan tatapan kosong, itulah yang akhir-akhir ini sering Ia lakukan, seringkali Ia berdiam diri dan melamun.

“ Niss!” tegurseseprang sembari memegang bahunya dari belakang, fikiran Anissa yang memang tidak ditempat membuatnya terlonjak kaget, Ia mendongkak melihat siapa yang menegurnya yang ternyata adalah Eva dann Intan.

“ kamu baik-baik saja, ?” Tanya Eva sambil duduk disamping Anissa di ikuti oleh Intan.

“Entahlah! Aku juga tidak mengerti dengan perasaanku ini, apakah aku dalam keadaan baik-baik saja atau  tidak! Yang jelas hatiku seolah kehilangan sesuatu” Ucap Anissa sembari mendesah berat, seolah ada beban berton-ton di pundaknya.

“ kamu sedang bertengkar denganPak Reza,?” tebak Intan, Anissa hanya menggelengg karena memang Ia merasa tidak mempunyai salah sedikit pun pada Reza.

“mungkin kamu punya salah, tapi tidak kamu rasa Niss…” ucap Eva memberikan keyakinan pada Anissa yang Ia tahu pasti Anissa dilanda kebimbangan, Anissa hanya tersenyum getir menanggapi kata-kata Eva.

“kalau kalian sedang bertengkar diamkan saja Pak Reza, lalu tiriskan dan hidangkan…” ucap Intan mencoba menghilangkan kegalauan Anissa.

“kamu fikir dia mie goreng” kata Eva mencoba menghidupkan suasana, namun sepertinya itu tidak berpengaruh pada suasana hati Anissa, ditengah bekunya suasana sore itu suara seseorang memecah dari arah luar.

“Assalamualaikum…!” sapa seseorang dari luar, semua mata tertuju pada sosok tanpan berdasi biru dengan gaya seaderhana yang sedang melambai kearah mereka, tepatnya kearah Anissa.

“wa’alaikumsalam…” Jawab mereka bersamaan.

“ Silahkan masuk Pak Fauzan…” ucap Intan seramah mungkin yang di sambut dengan senyuman oleh Fauzan, Fauzan melangkah dengan gagahnya menuju meja tempat mereka biasa duduk bersantai, Eva dan Intan menjauh seolah memberi ruang dan waktu untuk Fauzan dan Anissa untuk bicara.

“Tidak usah pergi, tapi bolehkah saya membawa Anissa pergi sebentar, saya janji saya hanya menganggu waktunya selama tiga puluh menit,?” Tanya Fauazan kearah Eva dan Intan yang langsung diangguki oleh keduanya melihat persetujuan Eva dan Intan, Fauzan meminta Anissa untuk mengikutinya dalam bahasa isyarat, Anissa yang paham langsung membuntuti langkah Fauzan yang telah mendahuluinya dengan meninggalkan kata Maaf pada Eva dan Intan.

Sekarang disinilah mereka, Ia duduk dikantin kantor saling berhadapan dalam diam, sesekali Anissa menarik nafas berat seolah itu menandakan betapa ia sangat merindukan Reza
“Apa kamu baik-baik saja Niss,?” tanya Fauzan memecah kebisuan mereka Anissa yang ditanya  mendongkak menatap Fauzan.

“Aku…! “ kata Anissa Ragu, sementara Fauzan masih setia menunggu kelanjutan kalimat Anissa yang sepertinya sangat sulit gadis itu utarakan.

“Bohong kalau aku mengatakan aku baik-baik saja kak, aku merindukan sosok menyebalkan Reza, aku rindu suaranya, aku rindu tatapan matanya, aku rindu teriakannya, aku rindu segala yang ada padanya” Ucap Anissa, setitik airmata jatuh di pipinya semakin lama semakin menderas, sementara Fauzan membiarkan Anissa menangis, memmbiarkan gadis itu menumpahkan kesedihannya.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang