Afraid

2.2K 123 3
                                    

Reza terus berggas menunju parkiran menuju kendaraan Reza yang masih terparkir dengan manis setelah cukup lama menunggu Anissa mengganti seragam kerjanya dengan gamis.

“Ayo percepat langkahmu, siput saja bisa lebih cepat darimu…”Gerutu Reza yang melihat Anissa berjalan ogah-ogahan dibelakangnya.

Lagi dan lagi Anissa hanya bisa mendengus kesal mendengar omelan Reza, tapi untuk saat ini Ia sedang tidak ingin berdebat apalagi bertengkar dengan Reza dalam fikirannya masih menerka-nerka pesta seperti apakah yang akan Ia hadiri, pesta dalam bentuk syukuran atau pesta dengan banyak menyuguhkan minuman beralkhol seperti pestanya orang kaya kebanyakan, fikirannya berkecamuk antara Ia dan tidak untuk mengikuti langkah Reza.

Membayangkan orang-orang yang menggila karena kesaadarannya telah direnggut oleh alkohol itu membuat hatinya berigidig ngeri, jangankan membayangkan dan meminumnya mendekatinya saja Ia sudah takut.

“Heyy pestanya seperti apa…” Tanya Anissa penasaran dibelakang Reza.

“Pestanya bisa saja, seperti reuni pada umumnya cuma temu kangen sahabat lama…” Ucap Reza datar, sambil terus melangkah menuju parkiran khusus sepeda motor, perjalanan mereka acap kali menjadi perhatian karyawan-karyawan yang melihat atau sekedar berpapasan dengan mereka.

“Ayo naik!” Kata Reza setelah Ia menstarter motor sportnya.

Anissa menganga melihat kendaraan yang akan Ia gunakan, bukan karena mewahnya motor tapi Ia tidak mau kalau mengendarai motor banyak hal-hal yang Ia fikirkan, bersenTuhan, khalwat dan pasti Ia akan semakin menjadi pusat perhatian orang karena bersama seoarang Reza Zakarya, Director Utama Mumtaz Coperation menggantikan ayahnya Mending kalau mereka berfikiran kalau Ia kekasih Reza, kalau mereka berfikiran Ia adalah pembantu Reza mau ditrauh dimana mukanya, Anissa masih diam tak bergeming menimbang apa yang harus Ia lakukan yang sebenarnya masalah yang sedang Ia hadapi sekarang ini tidak perlu di pertimbangkan antara iya atau tidak, karena hatinya sudah jelas menolak.

“Ayoo kamu mau sampai kapan terus berdiri disitu terus…” Kata Reza dengan kesal dibalik helmnya.

“Aku tidak mau naik motor…”Tolak Anissa, yang berhasil membuat Reza mematikan mesin speda motornya dan turun dari sana sambil menanggalkan kembali helmnya.

“Kenapa! kita harus bergegas, acaranya akan dimulai jam tujuh nanti” Ucap Reza sudah mulai tak sabar menunggu Anissa.

“Aku tidak mau naik motor…” Kata Anissa
“Tapi aku tidak bisa membawa mobil…”
“Kalau begitu aku akan naik angkot saja, kamu berikan saja alamatnya…” Kata Anissa lagi kekeuh tidak mau menaiki motor, baginya angkot lebih nyaman.

“Naik angkot, tidak…tidak, aku tidak akan mengizinkanmu, bahaya naik angkot, apa kamu tidak punya televisi kalau banyak terjadi kejahatan yang terjadi diangkot, big No…” Kata Reza melarang keras Anissa menaiki angkot yang menurutnya masih rawan akan bahaya.

“Kalau begitu aku akan naik kopaja atau bis saja…” Kata Anissa lagi tak menyerah.

“Tidak! sudah aku bilang aku tidak akan mengizinkanmu pergi dengan kendaraan umum, kopaja dan bis sering ugal-ugalan jadi masih rawan kecelakaan juga, aku masih tidak mengizinkanmu” Ucap Reza lagi dengan nada penuh khawatir dan posesif, dalam hati Anissa tertawa dan berlompat-lompat senang menerima perlakuan dan sikap posesif Reza kepadanya tapi tetap saja Ia tidak bisa kalau harus mengendarai motor.

“Ya sudah kalau begitu kita tidak jadi saja…” Ucap Anissa lalu berbalik meninggalkan Reza, namun baru beberapa langkah Ia berjalan Reza menghentikannya.

“Hahhhh! ok… ok… kita naik mobil, kamu puas” Kata Reza menggeram frustasi akan sikap Anissa, Anissa hanya menganggapi kata-kata Reza dengan senyuman Reza merogoh saku jasnya mengeluarkan smartphonya lalu men-Dial nama seseorang.

“Dasar keras kepala…” Kata Reza ditengah menungu sambungan teleponya tersambung, Anissa hanya membuang muka angkuh penuh kemenangan.

CintaMu RestuMu (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang