Gue benci lo dan selamanya akan tetap seperti itu.
-The Fake Class Leader
*****SEBUAH botol air mineral bekas, terlempar begitu saja dari tangan seorang cewek. Lemparannya tepat sekali mengenai punggung seorang cowok tinggi yang baru saja melangkahkan kakinya dari meja tempat cewek itu duduk. Sontak, cowok itu menoleh ke belakang, menatap cewek bernama lengkap Amanda Syifa Kanaya yang wajahnya kini memerah memendam marah.
"Lo adalah ketua kelas ter-gak sopan, terbelagu, dan ternyebelin yang pernah gue temuin di sepanjang sejarah kehidupan gue!" Tegas Kanaya, tangannya menunjuk-nunjuk ke arah cowok yang ada di depannya.
Sudut bibir cowok itu berkedut, lalu seulas senyum miring tercetak di wajah tampannya, dia selalu suka cara cewek itu melampiaskan amarahnya padanya, selalu menarik menurutnya.
"Gua baru tau," cowok itu mengambil jeda sesaat, kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana abu-abunya, "ternyata lo itu manusia prasejarah, ya? Haha." Kata cowok itu sembari tertawa meledek lalu berlalu keluar dari kelas.
Kanaya hanya bisa geram mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari cowok bernama lengkap Alvaro Adrian yang notabene adalah seorang ketua kelas di kelas XI-MIA 1 ini, yang menurut para guru dan seluruh rekan-rekan sengkatannya adalah manusia paling pintar yang selalu dipuja dan diagung-agungkan sebagai ketua kelas terteladan pada abad ini.
Belum lagi dengan para penggemar segudangnya, yang menempatkan Alvaro di posisi paling atas dalam list cowok-cowok tampan dan populer di sekolah Strada Nawan ini, mungkin memang benar Alvaro itu tampan, pintar, dan juga populer, tapi di mata Kanaya? Semua itu zonk! Percuma, Kanaya tidak pernah tertarik dengan semua kelebihannya itu, menurutnya Alvaro adalah orang yang paling menyebalkan dan tidak patut untuk dipuja apalagi agung-agungkan.
Kanaya menghentakkan kakinya ke lantai, diremasnya botol air mineral bekas yang tadi diambilnya lagi dari bawah meja lalu di buangnya ke tempat sampah yang ada di sudut kelas.
Kanaya kembali ke arah tempat duduknya, diliriknya kedua temannya yang kini menatapnya dengan pandangan prihatin.
"Sabar ya, Nay? Jangan dibawa perasaan." Febby mengelus-elus punggung temannya itu.
"Gue gak tau lagi harus gimana sama si alien satu itu, gue bener-bener frustasi." desis Kanaya sembari mengusap-usap wajahnya dengan telapak tangan.
Tadi, Kanaya memang menaruh air mineral yang baru dibelinya di kantin bersama teman-temannya di atas mejanya karena dia ingin pergi ke toilet. Namun, begitu dirinya kembali dari toilet, dia terkejut begitu mendapati Alvaro tengah meminum air mineral yang baru saja dia beli itu dan menengguknya sampai habis tak tersisa. Otomatis Kanaya segera menghampiri cowok itu dan meminta Alvaro untuk mengganti air mineralnya dengan yang baru, namun sialnya cowok itu menolak, dia malah hanya mengembalikan botol bekas yang sudah diminumnya pada Kanaya, sontak saja hal itu memancing emosi Kanaya sehingga dia melemparkan kembali botol itu pada Alvaro.
"Gue itung-itung, Nay, ini udah yang keempat kalinya ya si Alvaro itu ngisengin lo?" Kata Vania yang tadi terlihat tengah menghitung ruas-ruas jarinya,
"Yang pertama, dia pernah ngambil pulpen lo tanpa izin, kedua dia pernah ngasih lo permen tapi gak ada isinya, yang ketiga dia pernah nyuruh lo nulis catetan guru Biologi yang banyak itu waktu gurunya gak masuk, padahal ada sekretaris loh, terus sekarang, air lo di.. minum.." Suara Vania memelan begitu sadar kalau Kanaya kini menatapnya dengan tatapan menyeramkan, dia tidak jadi melanjutkan kata-katanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...