PART TIGA PULUH TUJUH - Pindah sekolah?

261 22 2
                                    

I want to be your favorite place to go and the hardest thing to say good bye.
-The Fake Class Leader

*****

      KANAYA berjalan mengikuti arah seseorang yang berjalan mendahuluinya, Febby. Kanaya semakin mempercepat langkahnya tatkala Febby semakin menarik tangannya supaya Kanaya tidak berjalan terlalu lambat. Entah apa maksud Febby menyuruh Kanaya untuk mengikutinya. Katanya ada sesuatu yang penting. Ada kabar baik dan kabar yang tidak tahu baik atau buruk yang harus dia perlihatkan pada Kanaya saat ini. Entahlah, Kanaya rasa pasti hanya masalah sepele yang tidak terlalu penting. Apalagi Febby orangnya suka melebih-lebihkan sesuatu.

     Akhirnya ketika Febby berhenti berjalan dan menariknya, Kanaya melepas paksa tangannya dari sekalan tangan Febby, "duh, apa-apaan sih Febb? Sakit tauk ditarik-tarik!" umpat Kanaya meringis, mengusap-usap pergelangan tangannya yang sedikit memerah karena cekalan Febby yang lumayan kencang di tangannya tadi.

    "Nay lo harus lihat itu!" bukannya peduli dengan aksi protes Kanaya, Febby malah meletakkan tangannya ke dagu Kanaya dan menolehkan pandangan Kanaya secara paksa ke arah kerumunan yang saat ini tengah terjadi di sepanjang koridor ruang BK, tidak terlalu ramai memang tapi tetap terlihat menyerupai kerumunan siswa.

   Mata Kanaya membulat ketika melihat di sana, tepat di tengah-tengah kerumunan, Jihan tengah menangis meraung-raung sambil melendoti lengan Pak Santoso. "Gila, kenapa itu si Jihan?" tanya Kanaya sambil menepis tangan Febby yang masih menggelayut di dagunya.

   Febby terkekeh, "itu adalah berita baiknya," kata Febby sambil melirik Kanaya yang kini menatapnya dengan pandangan heran, "Jihan mau dipindahin dari sekolah ini, bareng sama abangnya, si Devin yang belagu itu." lanjutnya.

    Kanaya mengalihkan pandangannya pada Febby, menatapnya tidak percaya lalu berkata, "serius lo?" Tanyanya lagi memastikan, Febby menganggukan kepalanya penuh kepastian.

   "Dua rius! Ketua yayasannya udah ganti, bukan bokapnya Jihan lagi dan bokapnya nyuruh Jihan dan abangnya buat pindah sekolah juga karena surat peringatan mereka udah numpuk di ruang BK, lo tau sendiri Pak Santoso itu kerjanya profesional gak mandang kalau mereka itu cucunya sendiri kalau mereka salah ya mereka kena hukum, tetep dikasih SP dan juga dikasih tau ke orang tua mereka." Terang Febby panjang lebar.

    Kanaya masih terdiam mematung, sebenarnya dia masih sedikit tidak mengerti dengan penjelasan Febby barusan karena setengah percaya dan setengah tidak. Tapi kalau memang Jihan dan juga Devin, kakaknya tidak bersekolah di sini lagi, apakah itu artinya... tidak akan ada lagi orang yang akan mengganggu hubungan Kanaya dan Alvaro?

   Melihat Kanaya malah diam tak merespon, Febby lantas kembali menegurnya, "woy! Malah bengong, gimana? Lo pasti seneng banget kan akhirnya gak akan ada lagi yang gangguin hubungan lo sama Alvaro?" Tegur Febby.

   Kanaya mengerjap, lalu menoleh pada Febby, "jadi mereka mau pindah sekolah?" Tanya Kanaya masih tidak percaya. Febby hanya mengangguk sebagai balasannya.

    Kanaya kembali melemparkan pandangannya ke arah Jihan, kerumunan sudah mulai sepi dan cewek itu ternyata juga ternyata tengah melihat ke arahnya. Wajahnya memerah, dia sedang menangis. Entah mengapa Kanaya merasa lucu melihat wajah menangis Jihan, sepertinya dia sangat terpukul sekali dengan keputusan dari ayahnya dsn juga Pak Santoso, kakeknya itu. Sadar kalau dirinya diperhatikan, Jihan menghapus air matanya.

   Dilepasnya cekalan tangannya dari lengan Pak Santoso, lalu berjalan ke arah di mana Kanaya dan Febby berada. Melihat kalau Jihan sedang berjalan menuju ke arah mereka, Kanaya segera hendak menarik lengan Febby untuk segera pergi dari sana dan kembali ke kelas mereka di lantai tiga., namun usahanya gagal ketika Jihan sudah terlebih dahulu mencegah aksi Kanaya yang berusaha untuk menghindarinya tersebut.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang