Mungkin tampang lo gak beda jauh sama berandalan di jalan, tapi hati lo ternyata gak jauh beda sucinya sama malaikat.
-The Fake Class LeaderAuthor P.O.V
KANAYA menengguk salivanya begitu matanya menangkap sosok Alvaro yang tengah berdiri di depan gedung sekolah, bersama seorang anak laki-laki yang sepertinya adalah anak kelas sepuluh. Sepertinya cowok itu baru selesai dipanggil dari ruang BK, padahal ini sudah lewat jam pulang sekolah. Tapi Kanaya yakin cowok itu pasti tidak akan kena hukum, karena ini adalah kali pertamanya Alvaro membuat keributan di sekolah, dan alasannya bukan sepele, yaitu untuk membela kebenaran.
Membahas soal Devin, sudah pasti juga dia tidak akan terkena hukuman, paling hanya sekedar omelan dan bentakkan dari Pak Santoso yang adalah kakeknya sendiri. Percuma saja menasehatinya, sampai kapan pun juga Devin tidak akan pernah berubah, dia akan tetap terus seperti itu. Mungkin hanya di sekolah ini saja yang mau menerima murid semacam dia. Untung anak ketua yayasan, coba tidak?
"Lain kali, kalo Devin malakin lo lagi, bilang ke gua." Kata Alvaro setelah sebelumnya menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan pada adik kelas di depannya itu.
"Thanks banget, Kak, udah nolongin gua, sorry ya gara-gara gua lo jadi dipukulin gini." Kata adik kelas itu.
Alvaro mengangguk, "iya, selaw, gak usah dipikirin, luka kayak gini mah udah biasa buat gua." Kata Alvaro.
Anak laki-laki itu mengangguk, "kalo gitu gua cabut dulu, Kak, thanks sekali lagi." Katanya sembari memberikan jabat tangan pertemanan pada Alvaro lalu melangkah pergi dari sana.
Kanaya masih terdiam di tempat begitu melihat Alvaro melangkahkan kakinya lalu duduk di bangku besi panjang yang ada di depan lobi sekolah. Alvaro meringis pelan sembari memegangi sudut bibirnya yang tampak masih diwarnai oleh darah yang sudah mengering. Entah mengapa hati Kanaya jadi tergerak melihatnya, ternyata walaupun tampang Alvaro sedikit kriminal, tapi hatinya baik. Kemudian, tanpa sadar kaki Kanaya melangkah maju menuju ke tempat Alvaro duduk, dan dia pun ikut duduk di samping cowok itu.
Alvaro kaget ketika sadar bahwa ada seseorang yang duduk di sebelahnya, "lo masih di sini? Gak pulang?" Tanya Alvaro pada Kanaya, dia heran kenapa tiba-tiba saja Kanaya menghampirinya ke sini, ini sudah lewat jam pulang sekolah dan harusnya Kanaya sudah pulang.
"Gue tadi disuruh Bu Yanti ngumpulin PR yang belum selesai hari ini juga, makanya gue tadi ngerjain dulu di perpustakaan." Kata Kanaya, nada bicaranya lebih santai, tidak seperti yang biasa dia lakukan ketika sedang bicara pada Alvaro.
"Oh gitu, mana temen-temen lo?" Tanyanya lagi.
"Udah pada balik duluan, tadinya mau nemenin cuma gue gak enak ya gue suruh pulang aja," Terang Kanaya, "lo sendiri? Udah selesai urusannya sama Pak Santoso? Terus juga, mana temen-temen lo?" Tanya Kanaya lagi.
"Udah pada balik juga, tadi gua suruh mereka duluan karena gua harus ngembaliin uang ade kelas yang tadi dipalak sama si bajingan Devin," jelas Alvaro, Kanaya hanya ber'OH' ria,
"Terus? Ngapain lo ke sini? Mau ngetawain gua gara-gara liat muka gua bonyok begini?" Tanya Alvaro.
Kanaya yang tadinya santai, alhasil menjadi terpancing emosi lagi ketika mendengar ucapan yang tidak mengenakkan dari Alvaro, "Lo! Bener-bener ya, nyebelin banget, padahal maksud gue ke sini buat nawarin bantuan, malah dituduh yang enggak-enggak," omel Kanaya, "kalo gitu, gua gak jadi nawarin!" Pekik Kanaya seraya ingin bangun dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...