PART DELAPAN BELAS - Di luar dugaan

297 34 3
                                    

Baru kali ini gue ngelihat lo semaco ini, gue kira lo banci yang bisanya cuma ngisengin cewek doang.
-The Fake Class Leader

Author P.O.V

     KEDUA mata Kanaya membulat ketika melihat pemandangan di depannya. Di sana, Alvaro tengah berdiri sendirian dan berhadapan dengan Devin dan juga anggotanya yang lain, yang berjumlah empat orang. Mereka memang terkenal gemar membuat keributan di sekolah ini. Devin yang adalah juga anak dari ketua yayasan ini memang selalu saja bertingkah semena-mena, sebelas duabelas dengan adik perempuannya, Jihan. Tapi yang jadi pertanyaan adalah, kenapa kali ini Alvaro yang terlibat? Biasanya yang sering jadi incaran dan korban bully Devin dan kawan-kawannya adalah adik kelas, apa mungkin Devin juga berusaha menganggu Alvaro? Semua pertanyaan itu muncul begitu saja di benak Kanaya.

     "Itu si Alvaro kenapa sih? Kok dia kayak mau nantangin kak Devin dkk gitu?" Tanya Kanaya pada ketiga temannya, Febby, Vania, dan Widya, mereka saat ini juga telah ada di sisi lapangan basket, ikut menontoni adegan panas ini bersama dengan siswa-siswi lainnya yang juga penasaran dengan apa yang saat ini tengah terjadi.

      "Ya mana gue tau, Nay, coba sana lo tanya aja sama Alvaro, dia sebenernya lagi ngapain." Seloroh Febby asal.

       Kanaya segera menempeleng gemas kepala teman dekatnya itu, "ya kali gue tiba-tiba nyamperin mereka ke lapangan buat nanyain itu, yang ada malah gue yang kena imbas terus digebukin rame-rame sama mereka." Gerutu Kanaya.

       "Ya lagian, pertanyaan lo gak mutu banget!" Cetus Febby, Kanaya hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

         Pandangan Kanaya kembali fokus ke arah lapangan. Nampaknya kali ini Alvaro terlihat lebih serius daripada biasanya. Tapi wajahnya sama sekali tidak menampakkan ketakutan terhadap Devin, padahal jelas-jelas Devin adalah pentolan sekaligus maskot dari anggota berandalan itu di sekolah. Semua orang takut untuk berurusan dengannya, karena dia tak hanya mengancam murid-murid di sekolah ini, penjaga sekolah dan satpam pun juga pernah diancamnnya.

      Sepertinya Devin memang tidak pernah di didik dengaan benar oleh orang tuanya, ya biasanya anak-anak konglomerat seperti mereka memang selalu seperti itu. Sombong dan arogan. Bagi mereka uang adalah segalanya, dan segalanya dapat dibeli dengan uang, bahkan kehormatanpun bisa didapatkan karena uang.

     "Lo mau nantangin gua? Heh? Sok pahlawan banget lo pakek ngancem-ngancem gua segala, lo tuh gak beda jauh sama ayam-ayam cupu di sekolah ini!" Ledek Devin, suaranya terdengar lantang sehingga siapapun yang berada di sana sudah pasti dapat dengan jelas mendengarnya.

      Alvaro terkekeh, sudut bibirnya berkedut, baginya ucapan yang keluar dari mulut Devin tak lebih dari omongan sampah, dia tidak pernah sedikitpun takut menghadapi orang semacam Devin, hanya karena di sekolah dia tidak pernah berbuat keributan bukan berarti dia bisa diremehkan seperti ini, "heh, yang ayam tuh elo, mana ada jagoan yang beraninya malakin duit ade kelas, hah? Lo sama temen-temen lo ini, SAMPAH!" Tegas Alvaro sembari jari telunjukknya menunjuk ke arah Devin dan teman-temannya satu-persatu.

Bukannya mikir apa yang barusan diungkapkan Alvaro, Devin malah tertawa, "lo punya kaca gak? Heh? Lo sama temen-teman ayam lo dulu juga sering malakin duit ade kelas, jadi sekarang lo gak usah sok-sok pahlawan dah, sama aja lo kayak maling teriak maling!" Sentak Devin membuat Alvaro terdiam sejenak.

Ya dia sadar dulu kelakuanya memang tak jauh beda dengan Devin, tapi sebenarnya itu bukan sepenuhnya keinginannya, tapi keinginan teman-temannya dan itu hanya sekedar iseng. Lagipula Alvaro tidak ikut-ikutan dengan aksi teman-temannya dulu, beda dengan Devin yang benar-benar serius melakukannya. Bukan karena Devin tidak punya uang makanya dia melakukan aksi pemalakan itu, malah kebalikannya, mana mungkin anak ketua yayasan membutuhkan uang? Dia melakukan itu semata hanya karena ingin dihormati oleh semua adik-adik kelasnya, dia ingin semua adik kelas tunduk dan takut kepadanya.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang