Seumpamanya. Aku ini embun,
kamu bunga, dan dia matahari. Dia datang untuk menyinarimu dan, melenyapkanku.
-The Fake Class Leader
*****
Author P.O.V
ISTIRAHAT siang ini, Kanaya dan teman-temannya memutuskan untuk tinggal di kelas karena malas turun tangga, sebagian besar warga kelas tidak ada di kelas sekarang karena mereka tidak ingin menyia-nyiakan waktu istirahat mereka dengan hanya diam di kelas, ada yang ke kantin, ke warkop, dan lain sebagainya. Namun, kali ini Kanaya lebih memilih untuk melanjutkan membaca novelnya yang belum selesai.
Lama-kelamaan Kanaya jadi merasa kalau alur novel ini sama dengan kehidupan pribadinya, dalam novel itu menceritakan tentang kehidupan seorang remaja perempuan yang sangat membenci seorang remaja laki-laki yang juga adalah teman sekelasnya, cowok itu sering mengacaukan harinya, menghancurkan moodnya dan membuatnya sial sepanjang pertemuannya dengan cowok itu. Namun, lama-kelamaan pula, cewek yang ada dalam novel itu malah jatuh cinta pada cowok itu dan merasa sepi kalau cowok itu tidak ada.
"Ini kenapa alur cerita novel gue jadi sama kayak kehidupan pribadi gue ya?" Gumam Kanaya.
"Kenapa emangnya? Ceweknya jadi naksir sama cowok yang sering gangguin dia?" Tanya Febby.
Febby memang sudah lebih dahulu tahu mengenai alur cerita novel milik Kanaya, karena sebelum Kanaya membelinya Febby duluan lah yang pertama kali mempunyai novel yang sama dengan milik Kanaya tersebut, saat Kanaya meminta referensi pada Febby mengenai novel yang bagus di bulan ini, Febby langsung merekomendasikan novel tersebut pada Kanaya.
Kanaya terdiam, mungkin memang benar kalau alur cerita novel itu sama dengan kehidupannya tapi, kalau tokoh cowok di dalam novel itu adalah Alvaro, dia rasa tidak mungkin kalau nantinya dia malah akan jatuh cinta dengan Alvaro, "Ya, emang sama sih ceritanya, cowoknya nyebelin banget kayak Alvaro, tapi beda, si ceweknya jadi naksir sama cowoknya sementara gue? Gak sama sekali!" Tegas Kanaya.
"Sekarang aja lo bilang gitu, ntar lama-lama juga lo naksir sama Alvaro." Cibir Vania disambut dengan persetujuan dari Febby.
"Enak aja! Gak, sampai kapanpun gue gak akan pernah suka sama tuh alien adanya gue malah makin hari makin benci sama dia." Tukas Kanaya sembari memasukkan kembali novelnya ke dalam tasnya, dia jadi tidak mood melanjutkan membaca.
"Biasanya sih karma timbul dari ucapan dan perbuatan yaa, awass jadi bumerang loh, Nay kata-kata lo." Ujar Febby.
"Ih rese deh, udah ah gue pengen ke bubble nih, aus, temenin yukk?" Ajak Kanaya sembari bangkit dari tempat duduknya.
"Astaga Nay, kita-kita lagi pada mager nih, tadi katanya lo juga mager? Nanti aja sih pulangnya aja." Ceracau Febby sembari menelungkupkan wajahnya ke atas lipatan kedua tangannya yang ada di atas meja.
"Haus ihhh, kalau nungguin pulang keburu kehabisan, tau sendiri penggemar bubble gak cuma anak-anak sekolahan kita doang, cepet abis pasti." Kata Kanaya.
Memang benar kalau letak kedai minuman bubble itu bukan di dalam kantin sekolah, melainkan di samping gedung sekolah,di pinggir jalan, maka tak heran kalau bukan hanya anak-anak sekolah saja yang datang untuk membeli minuman tersebut, melainkan juga orang-orang dari luar sekolah jadi tak menutup kemungkinan juga kalau minuman itu dalam waktu singkat cepat terjual. Minuman itu memang sangat diminati karena enak dan dapat dijadikan sebagai pelepas dahaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...