All the memories come back, but he never does.
-The Fake Class Leader
*****
KANAYA bangun dari tempat duduknya begitu Alvaro datang menghampiri mejanya. Kanaya sontak melenggang pergi meninggalkan Alvaro dan juga teman-temannya keluar dari ruangan kelasnya. Alvaro yang melihat gelagat aneh dari Kanaya, otomatis mengernyitkan dahinya heran. Alvaro mengalihkan pandangannya pada Febby dan Vania, namun Febby hanya bisa mengangkat bahunya acuh.Padahal Alvaro mendatanginya karena dia ingin menanyakan perihal kenapa kemarin Kanaya tidak ada di minimarket sewaktu dia datang, Alvaro datang ke rumah Kanaya tapi Kintan —ibunya Kanaya— bilang kalau begitu kembali dari minimarket tadi Kanaya langsung pergi lagi ke rumah Febby. Alvaro yang tidak tahu di mana rumah Febby berada, akhirnya terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Alvaro sudah berusaha untuk menghubungi Kanaya namun nihil, karena pada faktanya Kanaya memang sengaja mematikan ponselnya.
Merasa ada yang tidak beres, Alvaro yang baru saja tiba di kelas pun kembali melangkahkan kakinya setelah sebelumnya melempar tas ranselnya ke bangku kepemilikannya dan mengejar Kanaya sebelum gadis itu melenggang pergi semakin jauh. Padahal Alvaro sudah merelakan diri untuk tidak ikut nongkrong di warung depan sekolah dengan teman-temannya yang lain hanya untuk menemui Kanaya.
"Nay, tunggu Nay!" Alvaro menangkap tangan Kanaya sebelum gadis itu hendak menuruni anak tangga terakhir lantai tiga.
Kanaya menghempaskan tangan Alvaro kencang, lalu menatap cowok itu dengan tatapan penuh permusuhan, "apa sih Al? Lo mau apa lagi? Belum cukup lo mainin perasaan gue? Hah?!" tembak Kanaya dengan nada pedas.
Alvaro yang tidak mengerti hal apa yang sebenarnya terjadi pada Kanaya alhasil hanya bisa menautkan kedua alisnya bingung, "maksud kamu gimana sih? Mainin perasaan gimana?" tanyanya bingung, "kemarin aku dateng ke minimarket tapi kamu gak ada, kata Mama kamu, kamu langsung main ke rumah Febby, tadi pagi juga aku jemput ke rumah kamunya udah berangkat duluan sama Abang kamu, sebenernya kamu kenapa? Aku salah apa? Kenapa malah kamu yang marah sama aku?"
"Jadi, siapa yang harusnya marah? Lo? Lo yang harus marah karena gue berusaha ngehindarin lo?" tanya Kanaya dengan sedikit emosi yang tersirat jelas di wajahnya.
Mendapat respon tidak mengenakan dari Kanaya, Alvaro lantas mengacak rambut gondrongnya kasar, bingung harus berbuat apa lagi karena pada dasarnya dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kanaya. "kamu kenapa sih? Aku salah apa? Kenapa kamu marah-marah gak jelas kayak gini?" tanya Alvaro frustasi.
Kanaya mendecakkan lidah meledek lalu kemudian berkata, "apa salah kalo gue marah? Apa salah gue marah karena lo udah jadiin gue bahan taruhan lo sama temen-temen lo?" tanyanya dengan nada menantang, Alvaro sedikit tersentak dan lantas terdiam ketika mendengar pernyataan Kanaya barusan, melihat respon Alvaro yang seperti itu, Kanaya kembali berceloteh, "kenapa diem? Bener kan apa yang gue bilang?" tanya Kanaya.
"Nay, aku bisa jelasin sama kamu, aku cuma.."
"Alah udah lah, lo gak perlu jelasin karna gue udah tau semuanya, Dio udah cerita semuanya sama gue, jadi gak ada lagi yang harus lo jelasin." Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Kanaya langsung berlalu pergi dari hadapan Alvaro, tanpa memedulikan seruan Alvaro memanggil namanya. Alvaro ingin mengejarnya, namun kemudian niatnya itu dia urungkan, karena dia tahu kalau Kanaya pasti masih larut dalam emosinya, jadi lebih baik kalau Alvaro membiarkannya sendiri dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...