PART TIGA PULUH SATU - Jadi, gimana?

315 30 0
                                    

Kalau orang lain jahat, setidaknya kita tetap berusaha untuk berbuat baik, kalau tidak dihargai, setidaknya kita sudah berusaha.
-The Fake Class Leader
******

KANAYA P.O.V

GUE melangkahkan kaki menuju ke arah kantor guru di lantai satu. Tadi gue baru aja selesai pelajarannya Bu Yanti sodaranya Pak Yanto, dan sekarang gue disuruh beliau buat menghantarkan buku-buku milik beliau ke mejanya. Alangkah baiknya gue mau-mauan aja disuruh sama tuh guru, eh tapi memang gue sih yang nawarin, soalnya tadi si Danu lagi ada urusan sama anggota OSIS gila kan tuh orang udah dapet jabatan wakil ketua OSIS sekarang jadi ketua kelas juga, kurang kerjaan banget.

    Well, ya, gue akuin akhir-akhir ini sih gue udah banyak perubahan. Gue udah jarang bolos pelajaran, jarang telat masuk, selalu bawa buku lengkap sama paketnya dan selalu nyatet tiap ada pelajaran di kelas. Suatu perubahan yang sangat WOW bagi gue karena gue sendiri gak nyangka seorang Kanaya bisa berubah drastis kelakuannya hanya karena ingin membuktikan kalau dia anak baik-baik yang pantes mengkritik orang lain yang kelakuannya buruk. That's interesting!

    Akhirnya gue pun sampai di anak tangga terakhir lantai satu, gue membetulkan posisi buku-buku milik Bu Yanti yang beratnya warbyasah ini, kemudian mulai melangkahkan kaki gue hendak menuju koridor. Namun, ketika gue baru saja sampai di pertigaan koridor, tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuh gue dan seketika itu juga buku-buku milik Bu Yanti jatuh bertebaran di lantai.

   Melihatnya, gue langsung buru-buru merapikan kembali buku-buku itu, "duh, gimana sih! Jalan itu matanya dipake dong!" Rutuk gue di sela-sela kegiatan gue mencomoti buku-buku yang berserakan. Tanpa disangka, ternyata orang yang tadi nabrak gue itu juga ikut membantu gue untuk merapikan buku-buku itu.

    "Sorry, gua gak sengaja."

     Gue mendongak ketika mendengar suara orang itu, suara yang terdengar familiar di telinga gue, dan gue yakin satu-satunya orang yang memiliki suara seperti ini adalah... "Dio—" gue bergumam.

    Dio yang tadinya masih sibuk merapikan buku, akhirnya pun ikut mendongak, "oh, Kanaya," Katanya ikut bergumam, "nih bukunya, maaf ya gua gak sengaja nabrak lo." Katanya lagi sembari menyodorkan buku-buku yang tadi jatuh karenanya pada gue.

Gue langsung mengambil buku itu dan dengan cepat segera bangkit berdiri, "iya gak apa-apa," kata gue sembari sedikit mengumbar senyum, "thanks, gue pergi dulu." Kata gue lagi seraya ingin berlalu.

"Tunggu!" Gue mengurungkan niat gue untuk pergi ketika sebuah tangan yang gue yakini adalah tangan Dio mencekal pergelangan tangan gue.

"A-ada apa?" Gagap gue sembari mencoba menatapnya.

Sudut bibir Dio terangkat, sebuah senyuman berlesung itu pun terbit, GOSH! Gue bersumpah gue kangen banget udah lama gak ngelihat senyum itu, jantung gue berdetak sekali lebih kencang, gue gak nyangka ternyata gue masih menyisahkan perasaan gue pada Dio dan gue gak bisa menyangkal itu. "Gak apa-apa," katanya, "lo buru-buru?" Katanya lagi, entah gue yang merasa aneh atau memang Dio saat ini sedang berusaha untuk berbasa-basi.

"Y-ya enggak sih, biasa aja, kenapa?" Kata gue masih dengan nada gagup.

    Dio kembali tersenyum sambil memasang tatapan penuh arti, "lo udah makan? Makan yuk ke kantin?" Ajaknya tiba-tiba.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang