PART SEBELAS - TIDAK BIASA

547 101 55
                                    

Sumber dari segala kesenangan, juga kesakitan yang manusia rasakan adalah. Hati.
-The Fake Class Leader

*****


ALVARO menuruni anak tangga rumahnya, dia baru saja ingin berangkat ke sekolah, dan tentunya untuk menjemput Kanaya terlebih dahulu karena hari ini dia janji untuk berangkat bersama dengan cewek itu. Semalam dia mengirim beberapa pesan singkat lewat aplikasi linenya, namun Kanaya nampaknya enggan untuk menjawab, membacanya pun tidak. Tapi itu bukan halangan bagi Alvaro untuk mengurungkan niat menjemput cewek itu.

Alvaro sampai pada anak tangga terakhir, matanya menangkap sesesok pria paruh baya yang kini tengah duduk di meja makan di ruang tengah rumahnya, nampaknya pria bernama Albed Antonius itu tengah menikmati jamuan sarapan paginya, dengan dua lembar roti selai kacang dan juga segelas kecil teh hangat dengan pemanis standar (karena Albed mempunyai diabetes walau tidak terlalu parah) dan, seorang diri.

"Sudah bangun? Masih jam setengah enam pagi? Bukannya sekolah kamu tidak terlalu jauh dari rumah?"

Alvaro menghela napasnya perlahan, pagi-pagi sudah diwawancarai sedemikian panjangnya, pikirnya, dia lalu berjalan menjauhi tangga, "Saya mau berangkat
lebih dulu, karena hari ini saya harus mengurus anggota pengurus kelas yang piket untuk menyiapkan absensi kelas." Bohong Alvaro, biarpun dia sangat menghormati Albed, kalau untuk urusan-urusan seperti ini rasanya dia lebih baik diam.

"Kalau begitu, sarapan dulu sebelum berangkat." Ajak Albed.

"Saya sudah sarapan duluan, saya berangkat." Kata Alvaro seraya melangkahkan kakinya hendak menuju ke arah luar rumahnya.

"Bagaimana dengan sekolah kamu? Sudah lama kamu tidak pernah ceritakan ke Papa." Tanya Albed membuat Alvaro menghentikan langkahnya.

"Seperti biasa, saya selalu bisa jadi pemimpin yang baik untuk kelas, seperti yang anda inginkan." Kata Alvaro, santai, namun terkesan dingin.

Jujur, sebenarnya Alvaro lelah berpura-pura. Berpura-pura baik-baik saja di depan ayahnya, padahal tidak, berpura-pura patuh padahal hatinya memberontak, berpura-pura semuanya terkendali, padahal kenyataanya malah sebaliknya. Mempunyai kehidupan seperti yang dimiliki Alvaro memang terlihat menyenangkan, dia mempunyai segalanya, dengan semua fasilitas yang serba ada di rumah itu. Memang benar semuanya sudah Alvaro miliki tapi ada satu yang tidak pernah dia rasakan dan miliki lagi, yaitu, kasih sayang.

Ayahnya, Albed, selalu mendidik Alvaro dengan tegas supaya dia bisa menjadi seorang pemimpin, supaya Alvaro bisa menggantikan posisinya sebagai ahli waris perusahaan miliknya suatu saat nanti, karena Alvaro adalah anaknya satu-satunya maka dialah juga satu-satunya yang bisa dia andalkan untuk meneruskan perusahaannya suatu saat nanti, itu alasan Alvaro dari dulu selalu mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas, bahkan dari sejak dia di sekolah dasar, walaupun tingkah lakunya di luar sekolah memang buruk, setidaknya di dalam sekolah dia masih dipandang baik-baik. Hal itu semata-mata dia lakukan untuk menunjukkan pada Ayahnya kalau dia bisa menjadi seperti yang ayahnya selalu inginkan.

Memang benar, kadang yang terlihat sempurna di mata orang lain, malah berbanding balik dengan kenyataan yang orang itu sendiri rasakan, kadang orang lain hanya melihat tanpa mau ikut merasakan.

Albed tersenyum puas mendengarnya, nampaknya Alvaro memang sudah berhasil menjadi pemimpin yang baik, walaupun masih belajar dari dasar, tapi itu sudah cukup untuk membangun wibawa seorang pemimpin, setidaknya itulah yang selalu dipikirkan oleh Albed sejauh ini, "bagus kalau begitu, jangan sampai kamu berbuat yang macam-macam di sekolah, karena itu bisa membuat reputasimu di sekolah akan hancur, jangan pernah buat Papa malu." Tukas Albed.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang