PART DUA PULUH DELAPAN - Mengundurkan diri?

326 31 1
                                    

"Gua udah lelah berpura-pura, gua ingin sekali-kali jadi diri gua sendiri, bukan jadi orang lain karena pilihan orang lain."
-The Fake Class Leader
******

     SEMUA pasang mata di kelas XI MIA 1, melengos tak percaya. Alvaro Adrian, sang kasanova sekaligus ketua kelas paling teladan di sekolah ini memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan ketua kelasnya. Hal ini memicu perbincangan publik di kelas nantinya, mengingat kalau dulu cowok itu begitu kekeuh nya berjuang untuk menduduki posisinya di jabatan ini, dan sekarang? Dia malah memilih untuk mengundurkan diri.

Alvaro sengaja memilih untuk mengudurkan dirinya di depan kelas, apalagi hari ini jam pelajaran kedua adalah pelajarannya Bu Netta, wali kelas XI MIA 1. Tujuannya supaya semua warga kelas tahu bahwasanya hari ini dia tidak lagi menjabat sebagai ketua kelas.

"Alvaro, kamu sudah yakin dengan keputusan yang kamu ambil ini?" Tanya Bu Netta, sepertinya wali kelasnya ini masih belum menyetujui permintaan salah satu murid kesayangannya itu.

Alvaro mengangguk, "iya, Bu, saya yakin." Katanya.

Bu Netta lagi-lagi menghembuskan napasnya pasrah, sebenarnya dia tidak ikhlas kalau Alvaro mengambil keputusan seperti ini, karena baginya tugas Alvaro sebagai ketua kelas di kelas ini sudah sangat baik, tapi apa daya dia tidak mungkin mencegah Alvaro agar urung karena biar bagaimanapun semua orang punya hak untuk mengambil keputusannya masing-masing, "ya sudah, kalau begitu berarti yang menjadi ketua kelas sekarang adalah Danu ya?" Kata Bu Netta.

Danu, sang wakil ketua kelas unjuk gigi, sebenarnya dari semejak masuk ke kelas ini, ketua kelas adalah jabatan yang paling sangat diincarnya, tapi berhubung Alvaro sudah lebih dahulu mencalonkan diri, dan total voting sekelas berpihak pada Alvaro, jadilah dia terpilih menjadi posisi kedua sebagai wakil ketua kelas, "iya, siap, Bu!" Tukas Danu sigap, dalam hati dia senang bukan main karena akhirnya jabatan sebagai ketua kelas kini ada di tangannya. Dia sangat berterimakasih pada Alvaro karena bersedia meyerahkan gelar ketua kelasnya padanya.

   "Kalau begitu, saya permisi Bu." Alvaro yang tadi berdiri dekat dengan meja guru, kini bergegas kembali menuju ke bangkunya semula.

    "Ya sudah, anak-anak, mari lanjutkan kembali pelajaran hari ini." Tutur Bu Netta kembali melanjutkan pengajarannya.

Dua bola mata Kanaya melirik, mengekori gerak-gerik Alvaro yang berjalan menuju ke arah mejanya. Detik berikutnya, matanya membulat dan secara otomatis mengerjap beberapa kali ketika tiba-tiba saja tanpa sengaja bola mata Alvaro bertabrakan dengan bola matanya yang secara terang-terangan menatap cowok itu. Kanaya mendadak salah tingkah, sementara Alvaro tersenyum kecil melihat kelakuan konyol Kanaya. Mulai kini Alvaro senang melihat gelagat Kanaya saat dia sedang salah tingkah, apalagi kalau dia adalah penyebab Kanaya jadi salah tingkah.

"Alvaro kenapa mengundurkan diri jadi ketua kelas, Nay?" Tanya Febby sedikit berbisik.

Kanaya yang tadi sedang menatap papan tulis yang kini sudah dipenuhi dengan tulisan-tulisan karyanya Bu Netta akhirnya menoleh, "mana gue tau, emang gue siapanya." Jawabnya.

"Bakal pacarnya." Jawab Febby asal yang langsung bungkam ketika melihat tatapan menyeramkan dari Kanaya. Jari telunjuk dan jari tengahnya terangkat ke udara membentuk huruf 'V' tanda tidak ingin mencari masalah dengan Kanaya.

Di saat keadaan mulai sedikit tenang, Febby lagi-lagi berbisik, "sstt, Nay, si Alvaro ngeliatin lo mulu tuh," bisik Febby menyenggol siku Kanaya. Dia tadi tidak sengaja melihat Alvaro ketika ingin mengambil buku catatannya dari dalam tasnya, pandangan cowok itu menatap lurus ke satu titik, yaitu Kanaya.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang