PART EMPAT PULUH EMPAT - Tragedi (1)

223 15 2
                                    

Bukankah semua hal terjadi atas dasar rencana Yang Kuasa? Jadi itu artinya kejadian ini bukan salah siapa-siapa melainkan sudah takdirnya.
-The Fake Class Leader
*****

ALVARO hanya diam ketika Mila baru saja memasuki mobilnya ketika akad pernikahan Ayahnya selesai dilaksanakan. Sekarang, waktunya untuk pergi ke gedung utama Balai Kartini untuk acara pernikahannya. Alvaro kecewa dengan Ayahnya. Dia sudah minta izin untuk sekalian menjemput Kanaya bersama dengan Mila, tapi dia melarangnya. Dia bilang orang tua Mila baru akan tiba saat di Balai Kartini nanti, tidak ada yang menemani Mila, jadi Alvaro harus menemani Mila sampai nanti orang tuanya datang. Bahkan yang lebih parahnya lagi, Ayahnya meminta Alvaro bersedia untuk berpasangan dengan Mila pada saat acara pesta dansa anak-anak muda nanti.

Alvaro semakin kesal begitu tahu kalau teman-temannya tadi tidak dia temui di tempat pergelaran akad, padahal dia ingin sekali meminta teman-temannya untuk menghubungi Kanaya, atau paling tidak meminta mereka untuk menggantikan dirinya untuk menjemput Kanaya. Tapi sejak tadi ketiga temannya itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Alvaro jadi semakin merasa serba salah. Dia tidak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan semua ini dengan Kanaya nantinya.

Setelah lamanya berada satu mobil dengan Alvaro, Milapun akhirnya memberanikan diri untuk bicara pada Alvaro, melihat mimik wajahnya yang gusar seperti itu, "Al," gumam Mila, "kamu marah ya sama aku?" tanya Mila. Alvaro hanya diam, tidak merespon. Matanya masih fokus menatap jalan sambil menyetir mobil, mengikuti mobil pengantin milik Ayahnya yang ada di depannya.

Mila menggigit bibir bawahnya begitu melihat respon Alvaro yang begitu dingin kepadanya, sebetulnya dia tahu kalau Alvaro marah, tapi dia seolah tidak mau dirinya mempermasalahkan hal itu, "aku minta maaf kalau aku nyusahin kamu." tutur Mila lagi.

"Kalau udah tau nyusahin kenapa masih diterusin?" tanya Alvaro tanpa menoleh.

SKAK MATT! Mila membeku di tempat. Alvaro selalu bisa membuat bibirnya terasa kaku seketika dengan satu kalimat pedas dari mulutnya. Mila tidak menyangka kalau Alvaro yang dulu menyenangkan sekarang berubah menjadi monster salju berhati sedingin es seperti ini. Tapi, entah mengapa Mila masih menyukai karakter Alvaro yang seperti ini. Ya, Mila masih tetap menyukai Alvaro. Walaupun sepertinya Alvaro sama sekali masih tidak memiliki perasaan apa-apa padanya.

"Aku.. gak bermaksud buat.."

"Gara-gara lo, gua jadi gak bisa jemput Kanaya!" gertak Alvaro membuat Mila sempat tersentak beberapa saat, "dia pasti kecewa banget sama gua." tuturnya lagi.

"Maaf." hanya satu kata itu yang bisa terucap dari bibir Mila.

Alvaro menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mengacak rambutnya kasar, dia tidak mengerti lagi apa yang ada di pikiran Mila, sebenarnya apa yang dia mau dari Alvaro, "lagian kenapa si lo? Kenapa lo minta gua buat nemenin lo? Pacar lo itu Dio, kenapa jadi gua yang harus berpura-pura seolah gua adalah pacar lo di depan Papa?" tanya Alvaro lagi.

Mila menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia ingin mengeluarkan semua perasaan yang selama ini dia rasakan dalam hatinya, dia tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak berteriak, hingga akhirnya dengan spontan dia berseru "AKU ITU MASIH SUKA SAMA KAMU AL!" pekik Mila nyaring, tepat di depan wajah Alvaro yang kini berubah menjadi pias.

Sempat terjadi keheningan beberapa saat sebelum akhirnya Alvaro berkata, "jangan bercanda, lo mau buat gua sama Dio berantem lagi kalau dia sampe denger lo ngomong kayak gini?"

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang