PART TIGA PULUH ENAM - Berantem?

299 19 2
                                    

Kadang kamu harus meneladani matahari. Dia mencintai bumi. Tapi dia sadar, jika dia mendekat pada sang kekasih itu bisa membinasakannya.
-The Fake Class Leader
*****

SUASANA kantin terlihat seperti biasanya. Ramai, dan berisik. Bisa dibilang lebih berisik dari suasana pasar Glodok sana. Tapi, biar begitu tetap saja tidak mengurungkan niat para siswa ini untuk datang kemari menghabiskan jam istirahat untuk mengisi perut yang keroncongan atau sekedar bergosip ria. Mumpung topik bahasan untuk gosip tentang Kanaya dan Alvaro masih hangat, pastilah para cewek penggemar Alvaro tidak akan melewati acara gosip menggosip mereka itu. Untuk Kanaya, yang saat ini memang juga sedang ada di kantin bersama teman-temannya, hanya bisa menghela napas pasrah ketika segelintir siswi melirik-lirik ke arahnya lalu melanjutkan kembali obrolannya dengan teman-temannya.

Menatap Kanaya prihatin, Vaniapun bergumam, "sabar ya, Nay, gak usah peduliin cewek-cewek gak jelas itu, toh juga mereka paling cuma iri aja sama lo karena sekarang lo deket lagi sama Alvaro." ungkap Vania.

"Bukan deket doang, tapi pacaran." tambah Febby.

Vania mencebik, "iya maksud gue juga gitu kali."

Kanaya menghela napas gusar. Memang sejak kedatangannya bersama dengan teman-temannya yang lain ke kantin tadi, dia sudah menjadi pusat perhatian sejumlah besar siswi yang ada di kantin ini. Kanaya sudah paham maksud mereka seperti ini pasti karena mereka sedang membahas mengenai masalahnya yang berangkat bersama lagi dengan Alvaro setelah sekian lamanya tidak. Awalnya Kanaya memang tidak peduli, tapi lama kelamaan dia jadi risih sendiri karena terus-menerus diperhatikan oleh mereka.

Enggan mendengarkan celotehan teman-temannya, Kanaya berujar, "ck, udah lah, gue juga gak peduli sama mereka, biar aja mereka mau ngomong apa juga," ucap Kanaya pura-pura tak acuh, "udah makan dong makanannya, udah dibayarin juga." kata Kanaya sambil mendelik ke arah mangkuk-mangkuk berisi mie ayam milik teman-temannya.

Febby mendengus, "biasa aja, lagian kan bukan lo yang traktir, tapi Alvaro, iya kan?"

Mendengarnya, Kanaya menyeringai, "iya sih, heeee."

Kanaya mengalihkan pandangannya ke arah Alvaro yang duduk bersama teman-temannya yang lain di meja kantin paling pojok. Dia, Alvaro, tengah tertawa riang bersama teman-temannya. Bersenda gurau. Senyum samar tanpa sadar Kanaya tunjukkan, walaupun Alvaro nampaknya tidak menyadari kalau saat ini Kanaya tengah memperhatikannya.

Kanaya tahu Alvaro tidak peduli dengan gosip mengenai hubungannya dengan Alvaro. Tadi saja saat dia dan Alvaro sedang menjalani hukuman mencabuti rumput liar di taman belakang sekolah, Alvaro tidak menggubris kala ada segelintir siswi melintas dan berbisik-bisik ke arah mereka berdua, hingga akhirnya Kanaya berndeham barulah cewek-cewek rese itu melenggang pergi meninggalkan mereka. Alvaro itu terlalu susah untuk peka. Tidak seperti Kanaya yang perasa meskipun kali ini dia tidak ingin menampakkan sikap 'keperasaannya' itu pada teman-temannya yang lain. Toh juga mereka pasti sudah tahu sikap Kanaya yang sebenarnya itu seperti apa.

"Tapi Nay, gue masih gak nyangka lo sama Alvaro bisa jadian tau, secara lo kan sama dia udah kayak kucing sama anjing, berantem mulu kerjaannya tiap hari." ungkap Widya antusias.

"Ya elah Wid, lo kayak gak tau aja, benci itu kan bisa jadi cinta," timpal Febby yang langsung dibalas dengan cubitan Kanaya di pinggangnya, "aaww sakit, sakit Nay! Gila lo psycho banget sih jadi orang!" rutuknya sambil memegangi pinggangnya yang dicubit Kanaya.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang