S.5

85.6K 1.1K 15
                                    

" Blood. . " keluhku perlahan. Tisu aku capai untuk mengesatnya hingga cuci.

Sejak kejadian tempoh hari aku lebih memilih untuk menjauhkan diri aku daripada Faris. Lagi banyak masa aku habiskan dengan dia, semakin goyah iman aku yang sudah rapuh ini.

" How he can transform from a gay to straight? " hatiku berdebar disaat ayat itu meluncur keluar dari mulutku.

Beberapa hari lepas Ain juga menyatakan yang dia sudah tidak lagi menjadi pilot malah hendak meneruskan perniagaan keluarga mereka di sini. Ini bermakna dia akan kekal 1 rumah dengan kitorang. Walaupun pada hakikatnya aku yang menumpang.

Aku ni bukan sesiapa pun hanya kawan kepada Ain yang menyimpan perasaan terhadap Faris. Ibu bapa Ain dan Faris sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Hal itu menyebabkan Faris terpaksa menguruskan perniagaan keluarga mereka.

" Fuck Faris! " latahku setelah katil aku ditepuk kuat oleh si Ain.

" Wah. . Sephia Az-Zahra nak fuck abang gua lah. "

Apa yang lawak sangat aku pun tak tahu tapi dia ketawa tahap maksima gila. " Sayang you nak apa ni? Masuk bilik aku tak bagi salam. "

" Firstly, I want to tell you something but you have to make a promise. . "

Aku cantas ayat dia. " I'm promise. Cepatlah story. "

" Kau selalu macam ni. . suka cut ayat aku. "

" Kau nak story ka tak? " aku pukul dia dengan bantal peluk yang aku peluk cukup erat tadi.

" Sakit! Yelah. Dengar sini baik-baik. "

Dimatikan ayatnya, Ain menarik nafas lalu dihembusnya. Macam nak ajak aku kahwin la pula.

" Pasal abang aku. "

Aku mengangkat kening kiriku. " Dia kenapa? "

" Kau tahukan dia gay? " dengan nada ala-ala bisik dia menyoal.

" Ya aku tahu. "

" Aku terkejut tengok kejadian haritu. . kejadian kau kiss dia tu. Takkanlah hati dia tiba-tiba berubah? "

" Hurmmmm. " sampukku.

" Tak! Aku suka dia berubah. Tapi harap dia tak . . . "

" Heyyyy girls. . Borak apa? "

Si penyibuk antarabangsa menjelma dan mencelah perbualan kami berdua. Dengan selambanya aku menjawab. " Tengah kutuk you. "

Satu senyuman sinis hadir di wajah Faris. Ain sudah bertukar reaksi kepada agak gusar.

" Ain. . What are you doing here? "

" Nothing, abang. Adik ajak Sep keluar pergi jalan-jalan ja. Honestly, itu ja. "

" Good. Behave hah . . " pesan dia sambil memicit sebelah bahu Ain.

Ain terangguk-angguk akan arahan abangnya itu. Aku rasa pelik tapi malas hendak menegur apa-apa.

Walaupun aku bakal peguam tapi mood aku waktu itu tidaklah terlalu memuncak untuk bertelagah.

💎💎💎

Seperti yang ditipu oleh Ain, kami ronda-ronda sekitar kawasan yang kami tinggal. Faris juga turut serta.

" Sephia! " satu suara yang tak turut serta menyapa.

" Imran? "

" Ye. . I la ni. "

Senyuman manis si Imran aku balas balas double lagi manis dari itu. Ain dan Faris aku tinggalkan sekejap.

" Lama tak nampak you! Maklumlah orang dah kerja sekarang ni. "

" Tak lama lagi I nak balik Malaysia. Lagilah tak boleh jumpa you. "

" Seriously? " ujarku seolah-olah macan tak percaya la pula.

" Ha'ah! Already 6 years here but still can't make you fall for me. So better for me to go home. "

" Why you need to something like that? Arghh silly man. "

" You know that I like you more than a friend. "

" Enough!! Tengku Hasif Imran. " tengking Faris dan terus tanganku ditarik.

Tanpa aku sedari Faris menarik aku jauh dari tempat yang kami berada sebentar tadi. Hanya aku dan dia. Aku pelik mana dia tahu nama penuh Imran.

" Tengku Hasif Imran or me? "

" What? "

" CEEEEPAAAAT. AKU KA IMRAN? "

Air mata aku terus mengalir. Aku tak tahu nak jawab apa. Aku berada dalam ketakutan sekarang.


💎💎💎

Bonjour!
Lama tak update. Rindu...
Vote and comment!

S E P H I AWhere stories live. Discover now