6; Hujan Membawa Berkah

8.1K 1.8K 297
                                    

          "Bolos ya?"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali menatap Pak Taehyung yang sedang menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

Kenapa beliau bisa ada di sini?

Ayolah, dari sekian banyak orang yang aku kenal di dunia ini, kenapa harus ketemu Pak Taehyung sih?

Mana ketemunya di toko dekat rumah pula.

          "N-Nggak, Pak. Kan udah nggak ada mata kuliah...."

         "Tapi kan absennya masih dihitung."

Aku terdiam lamat dalam tundukkan kepalaku. Semua alasan yang terlintas di kepalaku terasa percuma.

Rasanya sebentar lagi minus empat akan menghiasi namaku di daftar nilai Pak Taehyung.

Namun di luar dugaan, dari sudut mataku tampak beliau akhirnya memalingkan wajah tanpa ekspresinya menatap rintik air hujan yang mulai melembut.

Nggak dikasih minus nih?

Mungkin entar kali ya kalau hujan udah reda. Takut kualat kalau ngomelin mahasiswa di tengah hujan begini.

Bwahahahahahahaha.

Aduh, awkward banget sumpah!

Rasanya pingin kabur aja nerobos hujan, tapi nggak enak. Kalau kayak gitu, kelihatan banget gugupnya.

Lama kami terjebak dalam dimensi dunia lain kami, tak terasa rintik derasnya hujan kini sudah berubah menjadi gerimis lembut.

Aku mungkin sudah turun dari teras toko Om Emon menuju ke parkiran motorku kalau saja nggak ingat ada dosen pembimbingku di sebelahku.

Lama bertempur dengan akalku, akhirnya kuputuskan untuk membuka suara.

          "P-Pak,"

Ia berdeham pelan sambil memainkan ponselnya.

          "Bapak pulang naik apa?"

Pak Taehyung diam sejenak sebelum mengendikkan bahunya cuek.

           "Nanti bisa naik Grab."

           "Tapi biasanya lama Pak kalo pesen Grab hujan-hujan begini."

           "Lamanya nggak nyampe besok ini."

Waduh si Bapak bisa ngelawak.

Kembali kubungkam bibirku dengan kuluman kecil di bibir bawahku.

Mau pulang, tapi ragu.

Aduh bingung jadinya.

Semakin lama aku berdiam, langit semakin gelap. Sepertinya mau deras lagi.

Aduh ini mau pulang kapan coba?

Kalian tahu 'kan rasanya papasan sama dosen pas keadaan kayak begini.

#nowplaying Serba Salah by Raisa.

Iya Raisa banget. Raisa muleh.

Ah, bodo amatlah.

          "Pak, ayo bareng saya aja. Saya bawa motor kok."

—Katakan aku gila, silahkan.

Pak Taehyung menoleh ke arahku, menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

          "Apa?"

          "N-N-Nggak jadi, Pak. Maaf Pak saya lancang. Yaudah bapak pake motor saya aja deh nih bapak pulang aja saya bisa jalan kaki kok rumah saya deket."

Aku menyerahkan kunci motorku ke Pak Taehyung dengan gelagapan.

Kemudian aku sadar apa yang baru saja aku katakan.

Lo malu-maluin banget, Park Sooyoung.

Tapi nggak disangka-sangka, Pak Taehyung malah ngambil kunci motorku yang kusodorkan padanya.

Seriusan ini dosen ngambil kunci motor orang seenak jidat aja? Nggak ada sok-sok-an nolak gitu?

Bener-bener....
















          "Ayo pulang. Rumah kamu di blok apa?"

 Rumah kamu di blok apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Park Sooyoung, 21 tahun, kolaps di tempat.

→↓←

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang