37. Alasan keenam: Karena Sumber Bacaannya Banyak

6.8K 1.5K 425
                                    

Satu kata yang mampu mendefinisikan keadaan mood-ku hari ini: BERANTAKAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu kata yang mampu mendefinisikan keadaan mood-ku hari ini: BERANTAKAN.

Bukan, kali ini bukan karena skripsi.

Coba tebak, skripsi siapa yang hampir selesai? Pasti jawabannya adalah, skripsinya Park Sooyoung. Ya, walaupun masih ada revisi tapi aku nggak seheboh yang dulu-dulu.

Revisi itu bagaikan tahu-tempe, dan hidup Park Sooyoung bagaikan nasi putihnya. Nasi ditemani tahu-tempe tampak lezat meskipun ngebosenin, tapi harus di makan karena kita harus pandai bersyukur; begitulah aku memandang kata revisi dalam hidupku.

Duh, aku jadi semakin bijak saja.

Ah, iya. Selain itu, hidup itu memang nggak pernah jauh dari yang namanya masalah. Sudah kepalang masalah skripsi, ditambah lagi gosip-gosip murahan yang beredar seantero fakultas.

"Soo, anak-anak pada ngomongin lo sama Pak Taehyung."

"Hah? Kok bisa?"

"Ya iyalah. Siapa yang nggak kepo ngeliat lo sering banget boncengan sama dia. Satu angkatan 'kan taunya lo sama Pak Taehyung bagai anak dan bapak tiri. Wah, pacaran lo, ya?"

Dari sekian hal yang aku benci di kampus, aku paling benci jadi pusat perhatian karena gosip-gosip yang nggak enak didenger.

Jadi males ke kampus.

Parahnya, mood-ku malah semakin anjlok waktu berpapasan dengan Pak Taehyung di depan rumah. Soalnya, tiap ngeliat dia pasti aku keingetan lagi sama gosip-gosip itu.

Walaupun dia nggak salah apa-apa.

Tapi sudah beberapa minggu ini, sikap dia beda banget. Jadi lebih humble. Aku jadi penasaran, dia habis dirukiyah atau apa, sih?

Dia nawarin aku berangkat bareng karena kebetulan destinasi kita sama, tapi aku tolak dengan alasan sudah terlanjur pesan ojek online.

Tapi memang sepertinya Tuhan mentakdirkan aku untuk bertemu Pak Taehyung hari ini. Ketika aku hendak masuk ke lift, Pak Taehyung ada di sana sedang sibuk dengan ponsel pintarnya. Niatnya, ingin naik lift yang selanjutnya aja. Tapi Pak Taehyung keburu menyadari presensiku di depan lift.

Mana dia cuma sendirian, pula.

Makin canggung aja.

          "Macet, ya."

Satu hal yang baru dari seorang Pak Taehyung si dosen yang juteknya naudzubillah ini, dia jadi suka bicara basa-basi denganku. Pas konsul juga gitu, nanyain kabar.

Padahal sebelumnya boro-boro nanyain kabar, baru dateng aja langsung kena omel.

          "Iya, hehe. Hujan, juga," balasku berusaha terlihat talkative.

          "Kamu kehujanan?"

Poin ke dua dari perubahan Pak Taehyung adalah, dia kadang suka nanyain hal-hal yang bikin cewek jomblo kayak aku ini merasa diperhatiin....

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang