"Sooyoung?"
Suara Pak Seokjin tiba-tiba muncul menginterupsi kegiatanku yang lagi fokus membaca komik Chibi Maruko-chan episode terbaru. Hanya beberapa detik tatapanku berpaku padanya yang sedang tersenyum jenaka sebelum akhirnya aku kembali menempatkan diri pada dunia fiksi dua dimensiku.
"Apa, Pak?"
Pak Seokjin mengambil posisi duduk di depanku, memandangku sambil bertumpu dagu. "Lagi ngapain?"
"Lagi baca, Pak."
"Kok bukunya terbalik?"
Sadar dengan keteledoranku, lantas buru-buru kubalikkan bukunya dengan posisi yang benar.
Apa? Kalian mau tanya kenapa aku baca komiknya terbalik? Oke, oke, aku ngaku, daritadi aku nggak baca komik. Aku melamun.
Dan kalian nggak perlu nanya aku lagi ngelamunin apa setelah kalian menyaksikan kejadian epic tadi malam.
"Tuh, kan. Udah punya pacar jadi sering ngelamun."
Aku menghela napas sambil menutup komik dengan jengah. Kenapa sih Pak Seokjin suka banget meledekku yang nggak-nggak?
"Bapak tuh co-admin-nya Instagram lambe turah, ya? Mulutnya tuh, lho, gosip banget," ucapku dengan nada exasperated.
Pak Seokjin tertawa pelan, "Kok gosip, sih? Orang saya nanya. Emang nggak boleh nanya?"
"Nggak."
"Haduh yang udah punya pacar mah beda, sombong sama temen lama," katanya seraya memajukan bibir bawahnya meledekku.
"Pacar apa sih, Paaak? Saya. Nggak. Punya. Pa-car," jelasku penuh penekanan di setiap suku katanya.
Pak Seokjin mengangguk berkali-kali seraya memasang ekspresi menyebalkan. "Oooh, yang kemarin berarti TTM, ya?" tanyanya kembali yang semakin menyulut kesabaranku.
Ya Tuhan.
Ada nggak sih cowok ganteng di sini yang kalem? Satuuuu aja. Sekalinya ada yang ganteng, baik, eh tukang gosip begini.
"Temen doang, Pak."
"Seriuuss?"
"Dua juta rius deh buat Bapak," kataku asal sembari membuka komik kembali. Hendak membaca, tapi Pak Seokjin selalu mengajakku berdebat. Aku yang notabene udah lumayan deket sama dia beberapa bulan terakhir ini sudah paham, sih. Kalau lagi begini, artinya dia lagi gabut. Ya udahlah, ya? Toh, Pak Seokjin juga sering dengerin curhatanku kalo aku lagi gabut juga.
Nggak terasa, jarum jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Aku yang memang sudah lapar banget langsung pergi ke kantin bareng Pak Seokjin. Setelah memesan makanan, kita mencari meja kosong di dalam kantin lalu menempatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Logical Reasons Why Lecturer is Always Right
Fiksi Penggemar"Pak, kenapa dosen selalu benar?" "Kalau salah mulu, mana bisa jadi dosen." Siapa yang menyangka jika nama Park Sooyoung tercantum dalam barisan nama mahasiswa fakultas Psikologi yang masuk ke dalam bimbingan dosen yang paling tidak ingin dia temui...