18; Untung Nggak Baper

7.7K 1.6K 672
                                    

So, sudah lama banget aku nggak ketemu lagi dengan dosen pembimbing.

Biasa lah, penyakit mahasiswa yang sudah kena overdosis dengan kata "revisi", jadinya malah males konsul. Karena ujung-ujungnya pasti kena revisi lagi.

Males ngebetulinnya, masalahnya.

Ceritanya, malam ini aku lagi mendekam di dalam kamar, sibuk ngerevisi proposal.

Proposalnya tentang stres kerja.

Anehnya, ini sudah bimbingan ke sekian dan Pak Taehyung baru nanya begini tadi pagi, "Stres itu emangnya apa?"

Sebenarnya, pertanyaannya tidak sulit untuk dijawab. Tapi karena yang bertanya itu adalah Pak Taehyung, aku malah jadi stres sendiri mikir jawabannya.

Pak Taehyung itu tipe dosen yang kalau lagi nanya, istilahnya begini: walaupun mahasiswanya udah mentok, udah nabrak tembok, sama dia masih aja dijedot-jedotin ke tembok.

Paham, nggak?

Well, karena udah lama nggak konsul, aku jadi kena revisi banyak banget.

Oh My Goat...

Bruk

Kujatuhkan kepalaku di atas meja dan menggeram pelan.

Huaaaaa!!! Nggak mau skripsi! Mau langsung pake toga aja!!!

Cklek

          "Soo, ayo ke bawah. Makan dulu."

Kuangkat kepalaku dan mengangguk lemas meng-iya-kan ajakan Kak Somin.

Setelah menerima anggukanku, Kak Somin berlalu meninggalkan kamarku, disusul aku yang beranjak turun dari kasur.

Rasanya nggak nafsu makan.

Tapi laper.

Gimana, tuh?

          "Dek, kerupuknya jangan dihabisin lagi lho!"

Kak Somin tiba-tiba nyeletuk dari belakang sembari membawa mangkuk berisi sup jagung yang masih menguap.

          "Belum juga ngambil, Kak..."

          "Justru itu Kakak ingetin dulu sebelum ngambil."

Gini deh susahnya punya Kakak yang terlalu mirip sama kita. Apa-apa mirip.

Makanan favorit aja sampe sama.

Sama-sama suka kerupuk.

          "Dasar pelit! Aku bilangin Mama bodo amat!"

          "Mamaaa, Kak Somin pelit masa' sama adeknya perhitungan banget nggak mau berbagi!" Seruku diikuti dengan terjulurnya lidahku meledeknya.

Lihat, wajahnya jadi mengkerut begitu karena kesal.

Sebentar lagi kerupuk itu akan menjadi milikku. Bwahahaha—

          "Beli sendiri dong, Sayang. Itu 'kan Kakak yang beli."

—ha.

          "Pfft—HAHAHAHA."

Aku melirik Kak Somin yang sedang ngetawain aku dengan bahagianya.

Kenapa sih semua orang suka banget ngetawain aku?

          "Tuh, Dek. Beli sendiri, kata Mama."

          "Berisik. Mau makan."

Dengan gerakan gusar aku mengambil satu centong nasi dan lauk pauk ke dalam piringku.

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang