Mungkin di mata mereka yang berlalu lalang, aku terlihat seperti mahasiswi biasa yang nggak punya kerjaan—udah sore bukannya pulang, malah bengong di kantin.
Tapi sesungguhnya, di balik meja yang kutempati ini, kaki-kakiku menghentak-hentak kesal.
Merutuki diriku yang kadang-kadang bernasib sial banget. Kayak sekarang ini.
Kampus sudah sepi, perpustakaan sudah tutup—bahkan jam tutupnya jadi mundur karena aku yang keasyikkan berkutat dengan laptopku, dan Pak Seokjin yang nggak menegurku untuk segera pulang.
Aku baru sadar ketika kedua netraku tanpa sengaja melihat jam dinding yang jarumnya menunjukkan pukul lima sore.
Langsung saja kucari keberadaannya yang entah sejak kapan dia duduk di sebelahku—hanya berbeda dua bangku dariku—sembari membaca buku dengan serius.
"Ya ampun, Pak! Saya baru sadar kalau udah jam segini! Kok Bapak nggak ngusir saya sih?!"
"Udah, santai aja. Saya juga nggak buru-buru amat."
Tapi kan tetep aja... aku jadi nggak enak.
Akhirnya, aku berinisiatif untuk pulang.
"Emang udah selesai?" tanyanya ketika aku berpamitan pulang padanya.
"Udah, Pak. Tinggal diprint," dustaku. Meski kenyataannya belum selesai.
Dan setelah mendengar jawabanku yang penuh dusta, Pak Seokjin mengangguk dan langsung merapihkan perkakasnya ke dalam tas ransel hitamnya.
Kami keluar bersama-sama dari dalam gedung perpustakaan, namun aku memilih jalan yang berbeda dengan alasan ingin ke toilet.
Padahal mah, nggak.
Aku nggak berniat untuk pulang terlebih dahulu.
Langkah kakiku membawaku ke dalam kantin yang tak pernah ditutup meski sudah sepi. Rencananya, aku mau melanjutkan pekerjaanku karena wi-fi di sini lumayan ngebut koneksinya.
Pekerjaan apa?
Tentu saja mengurusi proposal skripsi. Ngapain lagi, coba?
Gara-gara kemarin aku ketahuan copy-paste dari blog di internet, Pak Taehyung jadi makin susah untuk dikelabui.
Untung saja kemarin dia nggak ngasih minus. Kalau sampai ngasih, habislah nilaiku dikurangin melulu.
Tapi meski begitu, dia memperingatkanku.
"Kalau ketahuan co-pas lagi, nilai kamu saya hangusin semuanya."
Serem nggak, tuh?
Serem lah! Aku mau buang muka ke tong sampah aja rasanya. Pak Taehyung itu memang jago banget bikin mental-breakdown.
Belum lagi waktuku yang semakin sedikit karena ini sudah hari Kamis. Minggu depan aku harus menyerahkan proposalku kepada penguji dan pembimbing.
Pokoknya, bab tiga harus udah aku selesaikan di sini, biar nanti di rumah tinggal ngerjain bab empat.
Tapi sepertinya rencanaku tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di pertengahan, laptopku lowbat. Aku langsung merutuki diriku yang nggak men-charge laptop waktu masih di perpustakaan tadi.
Ditambah lagi, HP-ku lowbatt dan powerbank-ku ketinggalan.
Lengkap sudah penderitaanku
Terus, aku lagi bingung nyari cara gimana caranya supaya bisa pulang. Karena aku nggak bawa motor dan nggak bisa pesen ojek online karena HP-ku lowbatt.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Logical Reasons Why Lecturer is Always Right
Fanfiction"Pak, kenapa dosen selalu benar?" "Kalau salah mulu, mana bisa jadi dosen." Siapa yang menyangka jika nama Park Sooyoung tercantum dalam barisan nama mahasiswa fakultas Psikologi yang masuk ke dalam bimbingan dosen yang paling tidak ingin dia temui...