"Wih... mantap. Enak nih, beli atau bikin?"
"Kayaknya mah beli, Pak. Kalau Sooyoung bikin ginian, desa konoha bakal perang lagi."
Aku hanya bisa menatap miris kotak bekalku yang 'dirampok' habis-habisan oleh dua anak Adam dan Hawa yang mirip jelangkung ini; datang tidak dijemput, pulang tidak terima kasih.
Niat ingin makan siang dengan bolu buatan Tante Taehee yang diberikan padaku kemarin, malah gagal gara-gara ketemu Pak Seokjin di kantin.
Tadinya sih, nggak pa-pa lah makan bareng-bareng Pak Seokjin. Eh, entah ada angin apa Bobby tiba-tiba nimbrung di meja kami dan bertingkah sok akrab.
Temen mah begitu. Kalau ada makanan enak, langsung ngaku-ngaku temen deket.
"Hush! Nggak boleh gitu, Bob. Kalau dikasih tuh bilang makasih,"
Tetap saja, Pak Seokjin yang ter-te-o-pe be-ge-te.
"...walaupun dikasihnya sedikit juga tetep bilang makasih. Siapa tahu besok-besok dibawain lagi."
Nggak, deng. Ternyata kalian berdua sama saja.
Sama-sama celamitan.
"Bwahahaha oke dah, Pak." Bobby noleh ke arahku, dengan mulut yang sibuk mengunyah, "Makasih, ya Soo! Besok-besok bawain blackforest! Hehehe."
Langsung saja ku tempeleng kepalanya.
"Bawain, mbahmu kiper!" sungutku sebal. "Lagian lo ngapain sih Bob duduk di sini?"
"Tentu saja ingin menemui dirimu, adinda."
"Lho sejak kapan Sooyoung mau sama kamu, Bob?"
"Ini bukan masalah mau dan tidak mau, Pak."
Bobby mulai kambuh--
"Ini masalah... hati,"
--lebaynya.
Aku cuma memutar bola mataku jengah melihat tingkahnya. Pak Seokjin juga sama; bingung, nggak ngerti Bobby lagi ngomong apa.
"Nggak ngerti 'kan, Pak?" tanyaku pada Pak Seokjin, "sama, saya juga."
Heran, kenapa harus ada spesies macam dia di muka bumi ini.
"Udah, udah. Saya jadi pusing ngobrol sama Bobby." Pak Seokjin beranjak berdiri dari duduknya setelah menyapu bibir dan tangannya dengan beberapa lembar tisu.
"Yah, Bapak mau ke mana?"
"Ke perpus. Jangan ikut. Nanti rusuh perpustakaan saya."
Mendengar perkataan Pak Seokjin, Bobby langsung manyun.
"Kok gitu, Pak. Saya jadi sedih."
"Iyalah. Kamu 'kan pembawa virus ransomware wannacry."
Aku langsung ketawa denger ledekan Pak Seokjin ke Bobby. Dasar, mentang-mentang Bobby anak IT, dihubung-hubunginnya ke virus komputer.
Selepas kepergian Pak Seokjin dari meja kami, aku berencana untuk pergi juga. Tapi tiba-tiba Bobby menahanku supaya nggak ikutan ninggalin dia.
Ini anak mabok kali, ya?
"Apaan lagi, sih, Bob? Gue udah nggak punya kue lagi," ucapku ketus seraya mengambil langkah untuk menjauh dari meja kantin.
Tapi lagi-lagi, Bobby menahanku.
"Gue punya barang bagus, Soo. Lo pasti suka!"
Barang apa, sih? Aku saja nggak tahu kalau Bobby punya bisnis online shop.
"Emang gue pernah pesan barang di lo?"
"Yep!" Dia menyengir jenaka. "Lo kemarin 'kan minta di-install-in SPSS. Nih gue udah bawa CD-nya," ucapnya sembari jemarinya sibuk mengoreti lelehan cream coklat di kotak bekalku.
Oh, iya. Hampir saja aku lupa.
Aku memang minta bantuan Bobby untuk meng-install perangkat lunak tersebut di laptopku. Yah, punya teman anak IT harus dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kesejahteraan finansial.
"Ya udah, ayo di perpus aja sekalian nge-charge."
Aku sudah menggendong ranselku, sudah siap akan pergi, tapi Bobby masih sibuk dengan kotak bekalku yang sudah nggak ada isinya.
Ya ampun.
Kalau bukan karena aku minta bantuan dia, udah aku suruh dia nyuci kotak bekalku sekalian.
"Bukan gue yang install, Soo. Gue mau nemenin my baby honey bunny sweety ke perpusnas."
Bobby bicara tanpa mengalihkan fokusnya dari kotak bekalku.
"Hah? Terus maksud lo, gue install sendiri, gitu?"
Dan pertanyaanku terjawab dengan jelas oleh kehadiran seseorang di sebelah meja kami. Menepuk bahu cowok celamitan di depanku, kemudian melemparkan senyumannya padaku.
"Hai, lo yang mau di install-in SPSS, ya?"
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
"Bob, pilih cuciin kotak bekal gue atau gue cuci CD SPSS punya lo?"
→↓←
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Logical Reasons Why Lecturer is Always Right
Fiksi Penggemar"Pak, kenapa dosen selalu benar?" "Kalau salah mulu, mana bisa jadi dosen." Siapa yang menyangka jika nama Park Sooyoung tercantum dalam barisan nama mahasiswa fakultas Psikologi yang masuk ke dalam bimbingan dosen yang paling tidak ingin dia temui...