22; Catatan: Kunci Serep Rumah Adalah Nomor Satu, HP Nomor Dua

7.6K 1.5K 170
                                    

Rasanya seperti deja vu.

Ini kali keduanya aku berbagi jok motor dengan Pak Taehyung. Bedanya, dulu pakai motorku. Kalau sekarang, pakai motornya Pak Taehyung.

Selama perjalanan, aku dan Pak Taehyung berlomba-lomba menciptakan keheningan. Nggak ada satu pun yang memulai pembicaraan. Aku juga nggak berani mengeluarkan suara. Salah-salah bertindak, nanti malah nilaiku yang kena imbas.

Jangan tanya bagaimana keadaan jantungku saat ini. Bunyinya nggak jauh berbeda kayak bunyi beduk masjid di malam lebaran.

Jedag-jedug-jedag-jedug nggak karuan.

Rasanya kayak pengin loncat dari motor terus bilang, "Pak saya turun di sini aja. Tapi pinjemin HP buat pesen ojek online. Soalnya jantung saya nggak akan kuat kalau harus semotor sama Bapak sampai rumah."

Tapi skenario aneh dalam kepalaku itu kembali kutelan bulat-bulat kala sepasang netraku tanpa sengaja melirik wajahnya yang tertutup masker dari spion motor.

Tapi skenario aneh dalam kepalaku itu kembali kutelan bulat-bulat kala sepasang netraku tanpa sengaja melirik wajahnya yang tertutup masker dari spion motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduh, bisa gila aku!

          "Kenapa jam segini baru pulang?"

Suara beratnya yang tiba-tiba terdengar membuatku terkesiap.

          "Ngg... Nggak, Pak. I-Itu, habis ngerjain proposal..."

Aku mendengar decakan pelan dari Pak Taehyung.

          "Kenapa harus dikasih jadwal dadakan dulu baru dikerjain serius?"

Aku nggak tahu apakah itu pertanyaan atau hanya gumaman saja. Tapi aku memilih untuk diam dan nggak menjawab apapun.

Dan sepertinya, itu adalah pilihan yang salah karena keheningan kembali mengisi atmosfir di antara kami.

Aku bingung.

Aduh, aku nanya apa, ya?

          "B-Bapak kok baru pulang?"

Satu pertanyaan berhasil meluncur dari bibirku.

Beberapa puluh detik telah berlalu namun nggak ada jawaban yang keluar dari bibir Pak Taehyung.

Dikacangin?

Haha, untung urat maluku sudah kuputusin sebelum naik ke jok motor Pak Taehyung tadi.

          "Iya, lagi sibuk."

Kayak lagi teleponan via Whatsapp ya? Nanyanya jam berapa, jawabannya baru kedengeran beberapa abad kemudian.

          "O-Oh... hehehe."

Garing banget, 'kan?

          "Terus udah selesai tadi ngerjain?"

          "E-eh? Ngg... be-belum, Pak. Tapi saya mau lanjutin lagi kok Pak nanti di rumah."

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang