Jadi, hari ini aku kembali pada kegiatan rutinitasku; ke kampus—lagi.
Mataku bengkak dan sayu.
Semalam, aku baru bisa tidur jam dua pagi.
Bangun-bangun jam sepuluh pagi, dan aku dikejutkan dengan pesan grup Whatsapp yang berjudul "Bimbingan LTA Pak Taehyung".
Isinya begini:
"Untuk Park Sooyoung ditunggu Pak Taehyung di kantornya sekarang juga."
Dari Si Mahasiswa Kesayangan Umat Dosen Sekampus a.k.a Choi Yujin, jam delapan lewat sepuluh menit.
Dan sekarang tepat jam sebelas aku sampai di kampus-lebih tepatnya di depan kantor dosen.
Matilah aku.
Bentar lagi aku jadi bubur ayam pakai sate telur puyuh dengan topping cakwe di atasnya.
Dengan segenap keberanian yang kukumpulkan sejak di jalan tadi, aku masuk ke kantor dosen.
Terus tebak,
ruang dosennya kosong.
Cuma ada Pak Taehyung bertengger di atas bangkunya, fokus pada laptop unyil di hadapannya.
Bukan laptop Si Unyil lho ya.
Itu laptopnya Pak Taehyung.
"P-Pak," cicitku pelan sesampainya di depan Pak Taehyung.
Dia ngedongak dengan ekspresi langganannya.
"Ambil bangku, duduk."
Langsung kuseret bangku kosong dari meja lainnya ke depan meja Pak Taehyung dan segera duduk di sana.
Habis itu, Pak Taehyung nutup laptopnya lalu menatapku lagi.
"HP kamu merk apa?"
Hah? Kenapa tiba-tiba nanya merk HP? Emang aku mbak-mbak konter apa?
"S-S*msung, Pak."
"Masih bagus?"
Emang kalo udah bulukan bapak mau beliin?
"Masih, Pak...."
"Aplikasinya lengkap?"
"Lengkap, Pak."
"Ada jamnya?"
"Ada, Pak."
"Ini udah jam berapa?"
"Jam sebelas, Pak."
"Saya bilang temuin saya jam berapa tadi?"
Aku diem. Tiba-tiba tenggorokanku kering.
Aku haus.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Logical Reasons Why Lecturer is Always Right
Fanfic"Pak, kenapa dosen selalu benar?" "Kalau salah mulu, mana bisa jadi dosen." Siapa yang menyangka jika nama Park Sooyoung tercantum dalam barisan nama mahasiswa fakultas Psikologi yang masuk ke dalam bimbingan dosen yang paling tidak ingin dia temui...