17; Alasan Ketiga: Karena Dia Belajar Teori Lebih Banyak dari Kamu

8.1K 1.6K 372
                                    

          Apa yang kalian pikirkan ketika melihat seseorang bersender di kursi perpustakaan dengan sebuah buku menutupi wajahnya?

Mungkin sebagian dari kalian berpikir kalau orang itu sedang mencuri-curi waktu untuk tidur di perpustakaan.

Atau mungkin ada juga yang berpikir kalau orang itu sedang sakit kepala.

Tapi nyatanya tidak.

          "Soo, kamu lagi ngapain?"

          "Lagi melihat dunia, Pak."

Orang itu adalah... aku.

Seperti kata pepatah, "Buku adalah jendela dunia", maka aku sedang berusaha melihat dunia lewat lembaran-lembaran bertinta hitam yang aku bahkan nggak habis pikir bagaimana bisa penulisnya membuat buku setebal ini.

Terbuat dari apa otaknya?

Boleh ku pinjam sebentar untuk menghadapi Pak Taehyung?

Terhitung sampai hari ini, penyusunan proposalku sudah sampai di bab ketiga.

Harusnya seperti itu.

Tapi, lagi-lagi Pak Taehyung kembali mempersulitku dengan segala pertanyaannya yang terdengar nggak konyol tapi nggak penting juga untuk dijawab.

Mengapa Singa Laut itu nggak pernah membiarkanku untuk konsul hanya satu kali per bab? Untuk mempermudah hidup, gitu.

Mengapa sih, Pak Taehyung nggak mencoba untuk jadi dosen 'Auto ACC'?

Dateng-dateng langsung ACC. Besoknya, dateng lagi, langsung ACC lagi.

'Kan enak kalau kayak begitu.

          "Kok tumbenan,"

Dahiku mengernyit dibalik buku.

          "Tumbenan kenapa, Pak?"

          "Baca buku gituan,"

Kusingkirkan buku yang sedari tadi menghalangi pandanganku.

          "Kata Pak Taehyung, saya harus baca ini kalau mau sidang proposalnya lancar,"

Sedetik kemudian, Pak Seokjin tertawa. Ya, aku tahu dia memang suka sekali menertawaiku. Dia emang paling bisa bikin aku jadi kelihatan bodoh di depannya.

Persis seperti sobatnya.

Well, kalau bukan karena Pak Taehyung, mana mau aku membaca buku bahasa inggris yang jelas-jelas sama sekali nggak nyambung ke dalam materi skripsiku. Ini semua gara-gara kuesioner yang ku konsulkan kepadanya.

Kuesioner yang ku ambil merupakan kuesioner yang sudah valid, ku ambil dari pranala luar karena Pak Taehyung itu tipe-tipe dosen yang lebih suka jika daftar pustakaku dipenuhi materi berbahasa inggris yang sudah aku terjemahkan. Memang dasar orang pintar.

Berhubung begitu banyak pilihan kuesioner, aku akhirnya meminta pendapat Pak Taehyung perihal ini.

Awalnya memang berjalan lancar.

Tapi, ketika membaca keseluruhan dari kuesionerku...,

          "Ini apa judulnya?" tanyanya sambil menunjuk salah satu kuesionerku di atas meja.

          "Stress Questionairre, Pak."

Kemudian, Pak Taehyung menunjuk kuesionerku yang satunya lagi, "Kalau yang ini, apa?"

          "Perceived Stress Scales, Pak."

          "Sama, nggak?"

Aku mengernyit bingung, tentu saja.

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang