27; Dosen Selalu Benar Jilid 2

6.9K 1.5K 225
                                    

          "Masih inget kampus, kamu?"

Apes banget, memang. Pagi-pagi sudah disembur dosen. Padahal semalam aku tidur sangat nyenyak dan bermimpi indah.

Udah kayak Putri Salju gitu, bobok cantik.

Namun malangnya nasib Putri Salju, bangun-bangun sudah disuguhi pesan WhatsApp dari grup yang namanya terlalu panjang dan aku males banget nyebutnya.

Isinya begini:

"Selamat pagi teman-teman. Ada info untuk Park Sooyoung ditunggu Pak Taehyung hari ini di ruangannya, kalau nggak dateng lagi nanti proposalnya dihangusin."

By Hayoung, mahasiswi yang biasa-biasa aja tapi nasibnya selalu hoki.

Setelah membaca pesannya, dengan kalang kabut aku langsung loncat dari kasur, mandi, dan bersiap-siap secepat kilat.

Jantungku berdebar-debar. Setelah sebulan lebih, akhirnya aku ngerasain lagi yang namanya takut ketemu dosen.

Iya, sebulan lebih—nope, mungkin hampir dua bulan—sejak proposal ACC, aku udah jarang ngurusin skripsi.

Lebih tepatnya, aku capek nungguin Pak Taehyung yang setiap dicari nggak pernah ada di tempat.

Di-WA pagi, balesnya sore.

Di-WA siang, balesnya malem.

Mau WA malem, takut dibilang nggak sopan.

Selama itu pula aku datang ke kampus tapi hasilnya nihil.

Kalian tahu, nggak, rasanya? Ketika kalian mau konsul tapi dosen pembimbing susah banget dicari?

Dan aku mulai jenuh.

Karena jenuh itu, aku memilih untuk berhenti nyariin Pak Taehyung dan belajar dari kesehariannya Zelo.

Tugas segunung tapi hidupnya nyantai banget like a boss.

Lama-lama, aku pun terbiasa untuk nggak mikirin skripsi. Tidur pagi, bangun siang. Makan, nonton, tidur. Ke kampus sekali-kali, ngurusin yang masih bisa diurus tanpa harus ketemu Pak Taehyung. Kalau ketemu Pak Taehyung, ya, syukur. Kalau nggak ketemu, ya, ya udah.

Udah jenuh banget intinya.

Dan, ya, skripsi aku stuck sampai di proposal aja. Sampel sudah terisi sebagian, itupun mungkin baru sepuluh persennya dari total sampel.

Sempat ada pikiran mau review cara input data, tapi tiba-tiba SPSS-nya error dan nggak bisa dibuka.

Nah, 'kan.

Makin malas saja aku ngerjain skripsi.

Sebulan itu aku benar-benar nggak ketemu Pak Taehyung, baik secara formal maupun informal.

Pernah, sih, lihat dia lagi di toko kelontong Om Emon.

Pernah juga, sih, lihat dia nyuci motor tiap hari Minggu sore.

Tapi cuma sebatas melihat.

Karena habis itu aku langsung kabur sejauh-jauhnya biar nggak ketahuan.

7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang