9; Dia Lagi, Dia Lagi

8.9K 1.7K 389
                                    

          Kedua netraku meneliti rangkaian kata-kata ilmiah yang akan kukonsultasikan pada Pak Singa Laut.

Ini sudah hari ke tujuh sejak proposalku gagal ACC.

Dan Pak Taehyung masih belum berbaik hati menerima seluruh judul yang telah kuajukan.

Boro-boro ACC, ngelihat kerangka konsepku saja dia nggak.

Membuatku kesal setengah mati.

          "Neng, rajin amat tiap hari ke perpus," sahut Pak Seokjin, penjaga perpustakaan yang digilai kaum hawa seantero kampus beken ini. Apalagi kalau bukan karena ketampanannya yang melanglang buana menembus cakrawala dan melewati garis khatulistiwa itu.

Iyalah.

Penjaga perpustakaan muka boyband gini, orang waras mana yang nggak kepincut.

           "Hehehe iya nih, Pak. Tugasnya lagi banyak," jawabku sambil menyodorkan dua buku tebal berisi kumpulan jurnal nasional dan secarik kartu perpustakaan. "minjem buku ini, Pak," lanjutku kemudian.
Pak Seokjin mengambil buku-buku tersebut dan mengetikkan sesuatu di layar komputernya sambil melihat kartu perpustakaanku.

          "Waah, sekalinya ke perpus mainannya sama jurnal."

          "Demi mendapatkan gelar S.Psi, Pak."

          "Salah," Pak Seokjin mengulurkan buku-buku yang sudah masuk entry di komputernya ke arahku, "yang bener, demi memindahkan tali toga dari sebelah kiri ke sebelah kanan," candanya disertai tawa.

Aku pun ikut tertawa.

Ganteng-ganteng bisa ngereceh juga nih si Bapak.

          "Bisa aja si Bapak."

Pak Seokjin tersenyum -lagi.

Tapi bener juga, sih. Kuliahnya empat tahun, tapi wisudanya cuma pindahin tali toga ke kanan.

Cuma pindahin tali doang, guys. Tapi perjuangannya udah kayak nguras bak mandi pake sendok.

          "Semangat ya, Sooyoung!"

Haduh haduh, disemangatin bujang tampan.

Kalau nggak inget tempat mungkin aku sudah jingkrak-jingkrak.

          "Makasih, Pak. Do'ain ya Pak biar judul saya di-ACC," ucapku pada Pak Seokjin.

Jujur akhir-akhir ini aku sering banget minta do'ain sama orang-orang.

Sampai mas-mas CS pun sering kuminta buat do'ain aku.

Semua ini gara-gara Pak Taehyung dan hatinya yang sekeras batu akik.

          "Iya, Neng. Semoga dimudahkan ya,"

          "Aminn, Pak."

Setelah itu, aku mengambil buku-buku yang ingin kupinjam tadi lalu pamit pada Pak Seokjin. Namun sebelum itu, suara Pak Seokjin menginterupsi pergerakkanku.

          "Pembimbingnya emang siapa, Neng?"

Aku berhenti dan berbalik lagi.

          "Pak Taehyung, Pak," jawabku seadanya tidak bersemangat. Pak Seokjin cuma manggut-manggut aja lalu mengepalkan tangannya ke udara-bermaksud memberikanku semangat.

 Pak Seokjin cuma manggut-manggut aja lalu mengepalkan tangannya ke udara-bermaksud memberikanku semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7 Logical Reasons Why Lecturer is Always RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang