Dapat! Aku mendapatkan sebuah pecahan cermin yang cukup besar, aku melihat nya sejenak. Entah apa yang ada dipikiran ku saat itu tapi yang jelas aku mulai mendekatkan nya pada pergelangan tangan ku. Lebih tepat nya pada urat nadi ku, aku memejamkan mata ku untuk menahan sakit jika aku melakukan ini semua. Hanya 1 kali gesekan saja, darah yang akan keluar sangat banyak dan menyebabkan aku kekurangan banyak darah lalu mati
—Karel—
BRAK
Gue turun dari mobil dengan sedikit membanting pintu nya, berjalan berdampingan dengan Iqbaal yang baru saja turun dari motor nya. Ya gue dan Iqbaal saat ini ada didepan rumah gue, kenapa Iqbaal ikut? Karena ia ingin melihat kondisi adik gue saat ini. Steffi,Bastian dan Aldi gak ikut. Kata mereka, mereka akan kesini nanti malam. Sekitar jam20.00 wib nanti
“dirumah ada siapa?” tanya Iqbaal saat menaiki anak tangga halaman rumah(?)
Gue menoleh
“pembantu, (namakamu) dan Farrel-Farren kalo mereka udah pulang”Iqbaal hanya mengangguk mengerti.
CLEK
Tangan gue mendorong pintu rumah agar terbuka lebar, gue gak denger Farrel-Farren yang beteriak. Tidak ada mereka. Kemana? Entahlah. Kemana bi Sum? Suara gue terus memanggil bi sum tapi orang nya gak juga dateng. Kemana sih dia?
“sepi” gumam Iqbaal dan terdengar oleh gue
“ya..” memang bener sepi
PRASH
Gue tersentak, suara itu terdengar sangat mengerikan dan terjadi berkali-kali. Gue gak tahu itu suara apa tapi yang jelas itu berasal dari lantai 2. Gue sedikit mendaga kan wajah keatas, siapa tahu saja itu bi Sum yang sedang mencuci piring lalu tiba-tiba piring nya pecah. Tapi tunggu.. dapur kan ada di lantai bawah. Lalu itu...
“(namakamu)!” pekik gue dan melempar tas sekolah ke atas sofa. Berlari secepat nya menaiki anak tangga rumah ini, gue gak tahu apa yang lagi dilakuin sama (namakamu). Gue berharap dia gak ngelakuin hal-hal bodoh yang dapat membahayakan nyawa nya
Iqbaal mengikuti gue dari belakang.
Gue menekan knop pintu dengan cepat dan dengan cepat juga gue mendorong pintu itu, sedikit mendobrak nya. Mata gue membulat saat melihat pecahan beling ada dimana-dimana dan gak jauh dari itu semua, ada (namakamu) yang mencoba ingin menggoreskan beling pada pergelangan tangan nya
(namakamu) menoleh dan dia ngeliat gue, nafas nya langsung memburu dan siap mengambil ancang-ancang buat menggores nya(?).
“(namakamu)!” ujar gue sedikit membentak dan memegang kedua tangan (namakamu). Dia berontak dan menjerit, tangan kanan nya masih menggenggam pecahan beling itu. Gue menggenggam tangan nya makin erat, dan jangan sampe lepas. Karena kalo lepas, bisa ajah gue juga kena goresan beling tersebut
Gue gak tahu kenapa, tapi inti nya pergelangan tangan (namakamu) mulai mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Sial! Dia menggenggam erat beling itu
“Karel, (namakamu)!” pekik Iqbaal yang mengetahui semua nya, dia ikut berjongkok disamping gue. Dia membantu gue dengan cara mencoba mengambil pecahan beling yang digenggam erat (namakamu).
Tapi cukup sulit ternyata, (namakamu) tidak bisa diam dan dia terus menjerit. Gue kewalahan, gue harap Iqbaal bisa dengan cepat merebut pecahan kaca tersebut
Dapat! Iqbaal berhasil mengambil pecahan kaca tersebut dan melempar nya jauh kearah balkon. (namakamu) menunduk dan menutupi wajah nya dengan kedua tangan nya, dia menangis sesenggukan. Gue bisa lihat adanya darah ditangan kanan (namakamu).
