Lembar 1: Ketika Duniamu Menjadi Hitam Itu Pertanda Buruk

2.2K 189 14
                                    


Lembar 1


Tak pernah sekali pun terlintas di benakku tentang kematian.

Hah? Aku? Mati? Mungkin itu responsku saat ditanya apa pendapatku jika aku mati sekarang.

Nggak mungkin aku mati muda, bukannya aku tak pernah membayangkan jika aku mati tetapi... aku tak pernah mengira bahwa ajalku datang secepat ini, tepatnya... sekarang ini.

Jam 11:30 pagi sebelumnya.

Matahari saat ini lebih mematikan dari pada yang kuingat daripada tahun-tahun lalu. Di atas juga tidak ada awan yang menutupi sinar lasernya. Kulihat Marwati mengibas-ibaskan kertas hasil ulangannya dengan keras. Sedangkan kembarannya, Lusiati , hanya ikut nimbrung dengan bersandar di bahu Marwati menikmati kibasan angin kakaknya.

"Gilak, panas banget." Ujar Helena yang berada di sebelahku, meratapi sisi kantin yang dipanggang oleh sengatan matahari.

"Iya nih." Kata Yuna memandang es teh kami yang sedang diantar.

Marwati langsung menyerobot es teh yang pertama ketika baru akan diletakkan dari nampan.

"Ah, seger." ucap Marwati setelah menyeruput es tehnya.

"Buset! Bil!" Helena tiba-tiba menyenggol perutku.

"Apa sih!" ucapku, ia tak mengalihkan pandangan dari hape yang ia pegang.

"Si Bima! Posting foto ama cewek baru!" seketika, kedua kembar di depanku heboh minta diliatin foto instagram yang dibicarakan Helena.

"Hii, iya anjir. Itukan adek kelas OSIS." Cicip Yuna yang mantan pengurus OSIS.

Aku melihat sekilas foto dia merangkul seorang cewek, lalu kembali menyeruput es teh sambil melihat notifikasi Wattpadku.

Anjir, Angeltwist udah update cerita lagi.

"Kamu kok biasa aja sih! Kalian kan baru putus minggu kemaren!" Helena menyerengit kepadaku.

"Lah bodo amat. Suka-suka dia." Ujarku cuek.

Bima dan aku sudah berpacaran hampir 6 bulan tapi baru putus minggu kemaren. Katanya sih, karena mau fokus Ujian Nasional. Tapi aku tahu yang sebenarnya. Bima itu cuman ular yang suka melilit cewek cantik dari waktu ke waktu.

Aku baru tahu sifat aslinya sebulan yang lalu. Ketika aku membuka pesan-pesan facebook tanpa sepengetahuannya. Dan ternyata dia chattingan sama 3 cewek sekaligus di facebook cuy!

"Hmph, dasar Kuku-Bima-Enerji!" olok Lusiati yang dari awal memang tak suka dengan Bima.

"Bodo lah. Terserah dia, mau cari cewek lain kek, mau ee' di celana kek. Bukan urusanku! Yang penting aku mau makan dulu." Ucapku ketika mie ayam pesanan sudah datang.

Saat pertengahan makan, Marwati bertanya. "Ntar kalian ikut tambahan nggak?"

"Aku sih ikut. Biar UNnya mantep." Jawab Yuna. Fyi, Yuna itu yang terpintar dari kami semua. Jadi aku tak kaget kalau Yuna bakal masuk tambahan les nanti. Dan kami yang hanya klasemen kelas bawah hanya bisa mengandalkan kode-kodean dari bandar contekan.

"Aku ganti besok aja deh, capek panas-panas gini suruh mikir lagi. Ntar otaknya meledak." Kata Helena.

"Aku mau belajar di rumah aja. Lagi males les." Ujarku. Entah kenapa masih badmood dengan fakta bahwa Bima udah ngincer cewek lain. Apa kurangnya aku coba.

Lusiati dan Marwati mengangguk paham. Tahu bahwa aku hanya menghindar dari Bima yang juga satu Les dengan kita semua.

Usai makan siang usai, aku langsung mengambil Scoopy hitamku dari parkiran. Karena ini masih jadwal ulangan, siswa pulang lebih awal. Di perjalanan masih terbayang ketika momen aku putus dengan Bima. Aku memang sudah tak peduli dengannya lagi. Tapi hatiku masih setengah melepaskan dirinya.

Maklumi diriku yang naif karena ingin disayang.

Samar-samar aku mendengar suara orang-orang berteriak. Seperti memperingati dan mencegah seseorang. Aku tak tahu mereka sedang apa, tapi apakah mereka tak tahu itu akan merusak konsentrasi pengendara?

Semua teriakan samar-samar itu seketika digantikan oleh suara klakson truk. Sangat keras rasanya gendang telingaku akan pecah karenanya. Layaknya klakson itu berada tepat di telingaku.

Mataku menoleh ke sepasang lampu yang menyilaukan walaupun ini masih siang. Aku dibutakan dengan sinar itu.

Sebuah hantaman keras ku rasakan menendang motor dan tubuhku. Aku bisa merasakan betapa sakitnya saat aspal menggores kulitku saat diseret di atasnya. Yang kedua, helmku seketika terlempar keluar dari kepalaku. Kepalaku membentur aspal panas dengan keras dan kemudian semua menjadi hitam. Aku bisa mendengar suara kerumunan orang yang samar-samar menghilang.

Duniaku sekarang hitam dan hening, lalu aku kehilangan kesadaranku.


===================================================

AN: Maap kalo ceritanya gaje banget -_-

vomment yak

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang